JAKARTA INSIDER - Mekah dan Madinah, dua kota suci dalam agama Islam, telah menjadi tujuan ziarah dan ibadah bagi umat Muslim di seluruh dunia.
Namun, keberadaan larangan bagi non-Muslim untuk masuk ke kedua kota tersebut sering kali menimbulkan pertanyaan dan kontroversi.
Mengapa non-Muslim dilarang memasuki Mekah dan Madinah di Arab Saudi?
Baca Juga: Menyelami Kepemimpinan Soekarno: Pesona dan Keunikan Seorang Gemini
Artikel ini akan menjelaskan beberapa alasan di balik larangan ini.
Salah satu alasan utama larangan ini berasal dari tradisi Islam yang berasal dari ayat Al-Quran.
Ayat 9:28 dalam Al-Quran menyatakan bahwa "orang-orang musyrik (penganut politeisme)" dianggap "najis" dan oleh karena itu tidak boleh diperbolehkan mendekati masjid di Mekah.
Baca Juga: Tidak hanya Perindo dan PBB, kisah politik Aldi Taher sudah layak mendapat universe sendiri
Ayat ini menjadi dasar bagi larangan ini, dengan kata "najis" dipahami sebagai tidak suci dalam ritual dan doktrin, bukan dalam arti kebersihan.
Banyak cendekiawan Muslim berpendapat apakah larangan ini berlaku untuk semua masjid di seluruh dunia atau hanya berlaku untuk Masjidil Haram yang luas di Mekah yang mencakup tempat paling suci bagi umat Islam, Ka'bah, yang berisi Batu Hitam yang diyakini berasal dari masa Nabi Adam dan Nabi Ibrahim.
Selain itu, ada argumen bahwa larangan ini bertujuan menjaga keutuhan dan keberlanjutan pengalaman keagamaan Muslim di Mekah dan Madinah.
Kedua kota tersebut menjadi pusat ibadah yang sangat penting bagi Muslim di seluruh dunia, terutama selama ibadah haji yang diikuti oleh jutaan umat Muslim setiap tahunnya.
Dalam menjaga integritas pengalaman ini, larangan bagi non-Muslim masuk ke Mekah dan Madinah diterapkan untuk menjaga atmosfer suci dan menghindari kemungkinan penggangguan atau pelanggaran yang dapat mengganggu ibadah umat Islam.