Kartu-kartu ini hanya digunakan sebagai alat permainan yang mengandalkan keberuntungan dan keterampilan.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, tarot mulai mendapatkan interpretasi baru yang lebih dalam dan kompleks.
Tarot sebagai Alat Ramalan
Pada abad ke-18, tarot mulai digunakan sebagai alat ramalan oleh beberapa orang yang tertarik dengan ilmu okultisme dan esoterik.
Salah satu tokoh yang berpengaruh dalam hal ini adalah Antoine Court de Gebelin, seorang cendekiawan Prancis yang menulis sebuah buku berjudul Le Monde Primitif pada tahun 1781.
Dalam buku tersebut, ia mengklaim bahwa kartu-kartu tarot berasal dari Mesir kuno dan mengandung rahasia-rahasia ilmu pengetahuan dan agama yang hilang dari peradaban manusia.
Ia juga menghubungkan kartu-kartu tarot dengan ajaran-ajaran Kabala, sebuah tradisi mistik Yahudi.
Selain itu, ia juga memperkenalkan sebuah sistem interpretasi kartu tarot yang disebut dengan Etteilla, yang merupakan nama samaran dari Jean-Baptiste Alliette, seorang pembuat kartu tarot dan penulis buku-buku tentang ramalan nasib.
Sistem ini menggunakan makna-makna tertentu untuk setiap kartu tarot dan cara-cara penataan kartu-kartu tersebut untuk membaca masa lalu, masa kini, dan masa depan seseorang.
Tarot sebagai Alat Spiritual
Pada abad ke-19 dan ke-20, tarot semakin berkembang sebagai alat spiritual yang digunakan oleh berbagai kelompok dan aliran yang berkecimpung dalam bidang okultisme, esoterik, teosofi, rosenkreuzer, hermetisme, dan lain-lain.
Beberapa tokoh yang terkenal dalam hal ini adalah Eliphas Levi, Arthur Edward Waite, Aleister Crowley, Paul Foster Case, dan Carl Gustav Jung.
Mereka menciptakan atau mengadaptasi berbagai jenis kartu tarot yang sesuai dengan pandangan-pandangan mereka tentang alam semesta, manusia, dan Tuhan.