JAKARTA INSIDER - Satu Syawal 1444 Hijriah atau Lebaran 2023, memiliki perbedaan antara pemerintah dan Muhammadiyah.
Muhammadiyah telah memutuskan lebih dahulu, satu Syawal 1444 Hijriah jatuh pada Jumat (21/4/2023) berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal.
Sementara Lebaran 2023 versi pemerintah, ditetapkan pada Sabtu (22/4/2023). Berdasarkan hasil perhitungan astronomi bahwa posisi hilal pada pelaksanaan rukyatul hilal berada pada satu hingga dua derajat di atas Oppo dengan sudut elevasi di bawah 3 derajat.
Angka itu, masih jauh dibawah kriteria baru mabim yakni ketinggian hilal tiga derajat dan sudut elongasi 6,5 derajat.
Dilansir Jakarta Insider dari kanal YouTube Kompas.com, dengan adanya perbedaan ini, bolehkah umat Islam tidak berpuasa ada Jumat (21/4/2023) meskipun baru mengikuti Lebaran 2023 atau Shalat Idul Fitri pada hari Sabtu (22/4/2023).
Sekretaris jenderal Majelis Ulama Indonesia, Muhammad Siad, menuturkan bahwa umat Islam yang lebaran atau Shalat Idul Fitri pada Jumat tidak boleh berpuasa.
Baca Juga: Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir apresiasi tinggi pemerintah bisa menerima perbedaan Lebaran
Hal ini, disebabkan karena hari raya Idul Fitri termasuk hari yang diharamkan untuk berpuasa bagi umat Islam.
Sementara, bagi yang lebaran hari Sabtu, juga diperbolehkan untuk tidak berpuasa pada hari Jumat.
Namun demikian, Muhammad Said menambahkan umat Islam yang lebaran pada Sabtu (22/4/2023) juga diizinkan untk berpuasa sesuai keyakinannya.
Baca Juga: Setelah hari ini, kapan gerhana matahari hibrida akan datang lagi?
Lantaran menurutnya, baik lebaran pada hari yang berbeda keduanya merupakan hasil ijtihad masing-masing.
Meskipun berpotensi berbeda, Siad berharap agar umat Islam, merayakan Idul Fitri dengan saling menghargai dan menghormati.
Selain itu, juga berharap agar kedepannya ada kesepakatan kalender Hijriah secara global agar tidak terjadi perbedaan hari raya.