JAKARTA INSIDER - Pacu Jalur adalah salah satu tradisi budaya masyarakat Melayu yang lahir di kawasan Sungai Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau.
Tradisi ini berbentuk perlombaan mendayung perahu panjang yang disebut jalur, yang bisa mencapai panjang 25–40 meter dan memuat puluhan orang pendayung.
Pacu Jalur tidak hanya dipandang sebagai olahraga rakyat, tetapi juga sebuah ritual budaya yang menegaskan identitas Melayu pesisir.
Baca Juga: Pemindahan Ibu Kota Turki, Keputusan Berani Atatürk yang Ubah Sejarah Dunia
Meski akar sejarahnya jelas berpusat di Riau, Malaysia juga mengenal perlombaan perahu panjang dengan bentuk yang serupa.
Hal ini memunculkan perdebatan tentang asal-usul, kepemilikan, dan klaim budaya di antara dua negara serumpun, Indonesia dan Malaysia.
Asal-usul Pacu Jalur
Baca Juga: Restoran Hits di Senopati yang Lagi Jadi Favorit Anak Muda Jakarta
1. Masa Awal (Abad ke-17 – ke-18)
Pacu Jalur diyakini mulai muncul sekitar abad ke-17, seiring dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan Melayu di pesisir Sumatra bagian tengah.
Jalur awalnya berfungsi sebagai sarana transportasi air bagi masyarakat pedalaman Kuantan untuk menuju hilir sungai, sekaligus sebagai simbol kekuatan dan kebanggaan kampung.
Baca Juga: Tempat Instagramable dan Seru di Blok M Jaksel yang Lagi Viral
Perlombaan antar-jalur pada mulanya digelar untuk memperingati hari besar keagamaan, terutama Idul Fitri, Idul Adha, dan Maulid Nabi.
Pada saat itu, kegiatan ini berfungsi sebagai sarana hiburan, unjuk kekuatan, dan juga upaya mempererat hubungan sosial antar-kampung.