Kehidupan Mahidevran mulai berubah drastis ketika seorang selir asal Ukraina, Alexandra Anastasia Lisowska (kelak dikenal sebagai Hürrem Sultan), masuk ke dalam harem.
Hürrem segera mendapatkan perhatian Sultan Suleiman berkat kecerdasan, daya tarik, dan kelihaiannya dalam politik istana.
Persaingan antara Mahidevran dan Hürrem bukan sekadar perebutan hati sultan, tetapi juga posisi politik di harem.
Kisah bentrokan fisik mereka di mana Mahidevran diduga menyerang Hürrem tercatat dalam kronik Ottoman dan memperkuat narasi permusuhan mereka.
4. Posisi Şehzade Mustafa di Puncak Harapan
Meski rivalitas semakin panas, putra Mahidevran, Şehzade Mustafa, tetap menjadi favorit rakyat dan tentara.
Ia menunjukkan kecakapan militer dan kepemimpinan sejak muda.
Sebagai gubernur di provinsi-provinsi penting seperti Manisa dan Amasya, Mustafa dikenal adil dan populer, membuat banyak orang yakin ia akan menjadi penerus Suleiman.
5. Tragedi Tahun 1553: Eksekusi Şehzade Mustafa
Pada ekspedisi militer ke Nakhichevan tahun 1553, terjadi titik balik kelam.
Didorong oleh desas-desus dan tuduhan pengkhianatan yang diyakini dipengaruhi oleh intrik Hürrem Sultan dan Rüstem Pasha Sultan Suleiman memerintahkan eksekusi Mustafa.
Eksekusi ini dilakukan di tenda militer di hadapan ayahnya sendiri, peristiwa yang mengguncang citra Suleiman dan meninggalkan luka mendalam bagi Mahidevran.
6. Pengasingan ke Bursa
Setelah kematian putranya, Mahidevran kehilangan segala pengaruh di istana.
Ia diasingkan ke Bursa, kota yang menjadi tempat pemakaman para pangeran Ottoman.