Di Indonesia, kemampuan melihat hal gaib sering dirayakan.
Tayangan televisi, sinetron horor, hingga konten media sosial memperkuat narasi bahwa kemampuan ini adalah karunia.
Hal ini membuat masyarakat lebih menerima label “indigo” dibanding “skizofrenia.”
Namun, perbedaan mendasar tetap ada: indigo tidak diakui dalam literatur medis, sementara skizofrenia adalah diagnosis psikiatri yang sudah jelas kriteria klinisnya.
Dampak Sosial dari Salah Persepsi
Menganggap halusinasi sebagai “kemampuan istimewa” bisa berbahaya.
Pasien dengan gejala skizofrenia sering menolak pengobatan karena yakin dirinya spesial. Akibatnya:
Kondisi psikis semakin parah.
Potensi bunuh diri atau tindakan berbahaya meningkat.
Keluarga terbebani secara emosional dan finansial.
Lebih jauh, stigma “sakit jiwa” membuat orang lari ke label “gaib” untuk mencari penerimaan sosial.
Perspektif Psikologi dan Sains
Ilmu psikologi menegaskan bahwa semua pengalaman manusia harus dianalisis dengan bukti empiris.
Halusinasi bukanlah anugerah, tetapi gejala klinis yang memerlukan intervensi medis.
Pengobatan meliputi terapi psikologis, dukungan keluarga, serta penggunaan obat antipsikotik.***
Artikel Terkait
7 Kebiasaan Sebelum Tidur yang Bisa Bikin Kamu Jadi Orang Kaya
Presiden Prabowo Subianto Berlutut Memberikan Bintang Jasa Untuk Teungku Nyak Sandang, Sang Penyumbang Pembelian Pesawat Pertama Dari Aceh
Kafe Hidden Gem di Jakarta Selatan yang Ramah Kantong dan Nyaman
Rekomendasi Hotel Budget Jakarta Pusat, Harga Mulai 300 Ribuan
Indigo atau Skizofrenia? Kenapa Banyak yang Lebih Suka Disebut Punya Kekuatan Gaib daripada Sakit Jiwa