Sederet alasan dan landasan sunnah shalat Witir, 3 surat yang biasa dibaca dan maknanya

photo author
- Minggu, 2 Maret 2025 | 16:39 WIB
Foto ilustrasi shalat berjamaah di masjid. (Unsplash/Masjid Pogung Dalangan)
Foto ilustrasi shalat berjamaah di masjid. (Unsplash/Masjid Pogung Dalangan)

JAKARTA INSIDER - Umat Muslim di Indonesia telah memulai shalat Tarawih pertama pada Jumat, 28 Februari 2025 malam, setelah pengumuman sidang isbat Kemenag RI menetapkan awal Ramadhan 1446 Hijriah.

Setelah menyelesaikan shalat Tarawih, banyak masjid melanjutkan ibadah dengan melaksanakan shalat Witir, yang biasanya dilakukan dengan tiga rakaat.

Dalam praktik shalat Witir di Indonesia, bacaan yang umum diadopsi adalah surat al-A’la pada rakaat pertama, diikuti dengan al-Kafirun pada rakaat kedua, dan diakhiri dengan al-Ikhlas pada rakaat ketiga.

Baca Juga: Inilah alasan Indonesia mulai puasa sehari lebih awal, berbeda dengan Negara tetangga

Menurut penjelasan para ulama, pilihan bacaan tersebut didasarkan pada sunnah Nabi Muhammad SAW.

Sebagaimana dikutip dari laman resmi Nahdlatul Ulama, “Para ulama Syafi’iyyah dan Hanabilah sepakat bahwa yang disunnahkan di dua rakaat awal shalat Witir adalah membaca surat al-A’la dan al-Kafirun, sementara untuk rakaat terakhir, ulama Syafi’iyyah berpendapat untuk membaca al-Ikhlas beserta al-Mu’awwidzatain, sedangkan menurut Hanabilah, cukup hanya membaca al-Ikhlas.”

Mengutip hadits dari Ubay bin Ka’ab, disebutkan,

"Bahwa Nabi SAW pada shalat witir pada rakaat pertama selalu membaca Sabbihisma Rabbikal-A’laa, pada rakaat kedua membaca Qul Yaa Ayyuhal Kaafirun, dan pada rakaat ketiga membaca Qul Huwallaahu Ahad."


Hadits ini diriwayatkan oleh an-Nasa’i, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah dan menjadi dasar kuat bagi praktik bacaan tersebut.

Baca Juga: Ramai Dikaitkan dengan Korupsi di Pertamina, Inilah Profil Petral yang Dibubarkan Sudirman Said, Ada Tommy Soeharto di Dalamnya

Penjelasan lebih lanjut datang dari Muhammadiyah yang mengutip hadits serupa, menegaskan bahwa bacaan ini telah diterapkan oleh Nabi sebagai bentuk pengamalan ibadah witir.

"Dari Ubay bin Ka’ab, diriwayatkan bahwa Nabi SAW membaca al-A’la, al-Kafirun, dan al-Ikhlas pada tiga rakaat witir, yang menunjukkan kesederhanaan dan keikhlasan dalam mendekatkan diri kepada Allah," jelas salah satu tokoh di Muhammadiyah.

Para ulama menekankan bahwa bacaan tersebut tidak hanya merupakan tradisi, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai spiritual yang mendalam.

Baca Juga: Selama Ramadan 2025 Transjakarta Beroperasi 24 Jam di 14 Koridor, Jumlah Armada Disesuaikan dengan Pola Mobilitas Pelanggan

Bacaan al-A’la mengajak umat untuk memuliakan nama Allah yang Maha Tinggi, sementara al-Kafirun sebagai bentuk penolakan terhadap segala bentuk kemusyrikan, dan al-Ikhlas menegaskan keesaan Allah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Gitta Wahyu Cahyani

Sumber: Promedia

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

9 jenis jin dan tugasnya, yuk simak apa saja

Selasa, 9 Desember 2025 | 18:31 WIB
X