wisata-budaya

Bukan kota Kuntilanak, inilah sejarah tentang Kota Pontianak, ibu kota Kalimantan Barat!

Selasa, 23 Mei 2023 | 22:00 WIB
Temukan sejarah yang mengejutkan di balik Pontianak, kota yang sering disalahartikan sebagai kota kuntilanak. (Unsplash photos_frompasttofuture & Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Pontianak)

JAKARTA INSIDER - Pontianak, sebuah kota yang seringkali disalahartikan sebagai kota kuntilanak, memiliki sejarah yang kaya dan menarik.

Letaknya sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Barat membuat Pontianak memiliki daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.

Namun, di balik reputasi yang keliru tersebut, tersembunyi kisah-kisah sejarah yang menarik.

Dilansir oleh Jakarta Insider melalui Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Pontianak.

Baca Juga: Ahmad Sahroni angkat suara, beginilah tanggapannya mengenai kasus korupsi Johnny G Plate

Pada tanggal 23 Oktober 1771, Syarif Abdurrahman mendirikan Kota Pontianak dengan membuka hutan di pertigaan Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas Besar.

Kota ini secara geografis dilintasi oleh dua sungai terbesar di Pulau Kalimantan, yaitu Sungai Kapuas dan Sungai Landak.

Kedua sungai ini menjadi simbol penting bagi Kota Pontianak.

Kesultanan Pontianak juga merupakan bagian integral dari sejarah kota ini.

Baca Juga: Bukan hanya penumpang, kini air hujan juga bisa masuk KRL Commuter Line, semua orang langsung angkat kaki

Sultan-sultan yang memerintah, seperti Syarif Abdurrahman Alkadrie, Syarif Kasim Alkadrie, dan Syarif Osman Alkadrie, memberikan kontribusi besar dalam membangun dan mengembangkan Kota Pontianak.

Istana Kadriyah dan Masjid Raya Sultan Abdurrahman Alkadrie menjadi simbol kekuasaan dan pusat pemerintahan Kesultanan Pontianak.

Namun, di balik keindahan sejarahnya, Pontianak juga dikenal dengan legenda kuntilanak yang selalu menghantui Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie.

Menurut cerita yang dikutip dari buku "Asal-usul Kota-kota di Indonesia Tempo Doeloe" karya Zaenuddin HM, kuntilanak sering mengganggu sang Sultan.

Halaman:

Tags

Terkini