Hamzah Sulaiman Wafat, jejak Sang Raminten, Budayawan Kuliner yang satukan tradisi dengan inovasi

photo author
- Kamis, 24 April 2025 | 18:28 WIB
House of Raminten di Yogyakarta. (raminten.com)
House of Raminten di Yogyakarta. (raminten.com)

JAKARTA INSIDER - Nama Hamzah Sulaiman mungkin tak asing bagi masyarakat Yogyakarta dan para pelancong yang pernah mencicipi atmosfer unik restoran The House of Raminten.

Di balik citra jenaka dan nyentrik sosok Raminten, terdapat seorang tokoh visioner yang memadukan dunia bisnis dengan pelestarian budaya Jawa.

Hamzah, yang akrab disapa dengan nama panggungnya, Raminten, meninggal dunia pada Rabu, 23 April 2025, dalam usia 75 tahun, setelah menjalani perawatan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Baca Juga: 6 Tips diet ala orang Jepang, salah satunya adalah banyak konsumsi ikan dan hasil laut!

Selain dikenal sebagai pebisnis sukses, Hamzah juga merupakan seorang seniman sekaligus budayawan yang telah memberikan kontribusi nyata terhadap pelestarian seni dan tradisi lokal.

Pengabdiannya tak hanya dikenal publik, tapi juga diakui oleh Keraton Yogyakarta. Sri Sultan Hamengku Buwono X secara resmi menganugerahkan gelar kebangsawanan kepadanya: Kanjeng Mas Tumenggung Hamijinindyo, sebagai bentuk penghormatan atas dedikasinya dalam mengangkat nilai-nilai budaya Jawa melalui usaha dan kreativitasnya.

Hamzah juga menjadi pemilik Hamzah Batik—yang sebelumnya dikenal sebagai Mirota Batik Malioboro—pusat oleh-oleh dan batik yang sangat ikonik di kawasan Malioboro.

Baca Juga: Penjaga warung legendaris Puncak Lawu berpulang, Mbok Yem: Saya sudah ingin istirahat

Lewat usahanya ini, ia menjadi penghubung antara produk budaya lokal dan konsumen dari berbagai kalangan, mulai dari wisatawan domestik hingga mancanegara.

Namun, tonggak karyanya yang paling fenomenal lahir dari dunia peran. Nama “Raminten” awalnya muncul sebagai karakter fiksi yang ia perankan dalam sebuah acara komedi di Jogja TV.

Karakter tersebut digambarkan sebagai wanita paruh baya khas Jawa, lengkap dengan kebaya, jarik, sanggul besar, dan kacamata bulat. Dengan gaya bicara jenaka, suka menyanyi tembang Jawa dan menari, Raminten dengan cepat menarik hati penonton.

Baca Juga: Gundik: Kisah mistis di balik simpanan Pejabat

Melihat respon luar biasa dari masyarakat, Hamzah mengubah karakter itu menjadi wajah dari sebuah restoran tematik yang tak hanya menjual makanan, tetapi juga menjual pengalaman budaya.

Maka lahirlah The House of Raminten pada tahun 2008, berlokasi di Jalan Faridan M. Noto No. 7, Kotabaru, Yogyakarta.

Restoran ini berbeda dari kebanyakan tempat makan. Sejak menginjakkan kaki, pengunjung langsung disambut suasana khas Jawa: bangunan tradisional dari kayu, aroma dupa, dan alunan gamelan mengalun lembut.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Gitta Wahyu Cahyani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X