Namun, yang menarik perhatian adalah respons pemerintah terhadap keberatan warga.
Baca Juga: Institut Kesenian Jakarta (IKJ): Membangun seni, budaya, dan kreativitas di pusat Ibukota
Alih mencari solusi atas masalah yang dihadapi, pemerintah justru menggunakan pendekatan represif.
Pasukan keamanan dikerahkan untuk menekan warga dengan intimidasi guna melanjutkan proyek tersebut.
Tindakan intimidasi ini bukan hanya membuat warga semakin takut, namun juga menimbulkan kekhawatiran bagi pihak-pihak yang memberikan dana atau pinjaman untuk proyek ini.
Baca Juga: Banyak yang belum tahu, ini arti di balik nama Respati di Universitas Respati Indonesia
Kabar terbaru menyebutkan bahwa Bank Dunia telah mengambil langkah untuk tidak terlibat lagi dalam pembiayaan kegiatan geothermal di Wae Sano.
Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang kesesuaian proses pelaksanaan proyek oleh pemerintahan Pak Joko dengan standar yang ada.
Ada juga asumsi bahwa Bank Dunia tidak menyetujui pendekatan intimidatif yang dilakukan terhadap masyarakat.
Publik berharap agar Bank Dunia memberikan informasi yang transparan terkait keputusannya.
Namun, pertanyaan lain muncul terkait posisi Bank Pembangunan Jerman di Pocoleok.
Apakah mereka juga setuju dengan pendekatan intimidatif yang terjadi di sana?
Pesan yang ingin disampaikan dari peristiwa ini sangat jelas: transisi menuju energi bersih harus dilakukan melalui proses yang adil.
Keselarasan antara kepentingan pembangunan dengan kesejahteraan masyarakat setempat menjadi kunci yang tidak bisa diabaikan.***
Artikel Terkait
Banyak yang belum tahu, ini arti di balik nama Respati di Universitas Respati Indonesia
Tak disangka! Universitas Surapati, tempat tersembunyi para calon pengusaha sukses
Institut Kesenian Jakarta (IKJ): Membangun seni, budaya, dan kreativitas di pusat Ibukota
Expo Day Poland Festival 2023 di Grand Lucky Pantai Indah Kapuk Jakarta hadirkan Polandia untuk Indonesia
Poland Festival 2023: Merayakan kekayaan Polandia di 5 kota Indonesia