Sebelum dia terlihat di Bandung yang dalam keadaan defresi itu, dia berada di Cianjur dirawat seorang tukang beca yang prihatin melihatnya.
Saat itu Titin dalam keadaan sakit parah.
Tak lama di sana dia diboyong ke Bandung lalu diserahkan ke seorang dukun klinik hernama mama Aceng.
Cerita punya cerita, Titin juga pernah mengalami sakit yang juga parah.
Titin Sumarni menyebut ketika dirinya masih berada dipuncak karir Titin pernah diguna-guna orang.
Dirinya pernah mengeluh sakit perut hingga muntah darah.
Diceritakan, rupanya dia dijampi-jampi oleh seorang dukun dari Tasikmalaya dari dalam perutnya keluar sebilah bambu sepanjang sekitar 10 cm
Dua bulan tinggal di rumah mamah Aceng, Titin yang sedang sakit tersebut ditemukan seorang wartawan bernama Hayat Tato Kusuma.
Pada 13 Mei 1966, ditemukan ada kejanggalan dalam kematiannya.
Lalu dibantu seorang perempuan bernama Sri Budiono, Titin dilarikan ke rumah sakit Advent Bandung. Disitulah akhir dari kehidupannya.
Adalah seorang wartawan yang bernama Hayah dari berita Yudha yang menemani Titin hingga akhir hayatnya menyatakan aktris cantik itu wafat bukan karena penyakit yang dideritanya.
Dokter Benjamin yang merawat Titin saat itu mengatakan bahwa kondisi Titin sebenarnya sudah berangsur-angsur membaik setelah dirawat.
Setelah seminggu dirawat di rumah sakit itu bahkan dia sudah bisa berjalan-jalan di sekitar kamarnya akan tetapi sebelumnya Titin sempat memakan makanan kiriman dari luar.
Padahal dokter sudah berulang kali mengingatkan Titin untuk tidak makan sembarangan yang tidak dikontrol pihak rumah sakit.
Namun dari hasil penyelidikan dalam usaha menyelamatkan Titin Sumarni akhirnya ditemukan suatu makanan yang diduga menyebabkan keracunan makanan.