JAKARTA INSIDER - Dalam beberapa tahun terakhir, TikTok bukan hanya menjadi platform hiburan semata, tetapi telah menjelma sebagai poros penting dalam industri musik global.
Aplikasi berbasis video pendek ini memiliki kekuatan luar biasa dalam memunculkan lagu-lagu viral, tak peduli apakah lagu tersebut merupakan rilisan baru atau justru lagu lama yang sebelumnya tak populer.
Salah satu kekuatan utama TikTok terletak pada kemampuannya menciptakan tren secara organik, yang kemudian menjalar luas melintasi negara, bahasa, dan budaya.
Contoh nyata dari kekuatan viral ini adalah munculnya tren “Stecu”, yang saat ini tengah mendominasi TikTok di wilayah Asia Tenggara, khususnya Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
Kata “Stecu” merupakan singkatan dari “stelan cuek”, sebuah frasa yang merujuk pada gaya atau sikap acuh tak acuh yang sering digunakan seseorang untuk menyembunyikan ketertarikan atau perasaan sebenarnya terhadap orang lain.
Tren ini berawal dari lagu Stecu Stecu yang dinyanyikan oleh Faris Adam. Lagu ini mengangkat cerita cinta dua orang yang sebenarnya saling tertarik, tetapi mengekspresikannya dengan sikap seolah tak peduli.
Baca Juga: Indonesia bersama dengan Estonia sepakat untuk mendukung resolusi perdamaian Ukraina dan Rusia
Nuansa malu-malu, sok cuek, dan pura-pura tidak butuh menjadi inti dari narasi dalam lagu tersebut.
Liriknya yang menyentuh perasaan dan gaya penyampaian yang ringan namun penuh makna, menjadikan lagu ini cepat melekat di benak pendengarnya.
Dengan melodi yang catchy dan tema yang relate dengan keseharian remaja dan anak muda, lagu ini segera diadopsi oleh para pengguna TikTok sebagai backsound untuk berbagai jenis konten—mulai dari video sketsa, dance challenge, hingga ekspresi mimik lucu khas TikTok yang menggambarkan dilema “suka tapi gengsi”.
Fenomena ini menjadi lebih masif ketika sejumlah selebriti dan kreator konten ternama ikut serta dalam tren Stecu.
Nama-nama seperti Jennifer Coppen dan Mamakemari berhasil menarik perhatian jutaan pengguna dengan video-video mereka yang menampilkan gaya cuek khas anak muda namun tetap menghibur.
Popularitas mereka turut mempercepat penyebaran tren ini ke lebih banyak kalangan.