Dalam hal fungsionalitas, kedua platform ini juga berbeda.
Twitter telah menggambarkan dirinya sebagai aplikasi segala-galanya dengan konsep "X", sedangkan Meta tengah berusaha untuk berekspansi agar dapat bersaing langsung dengan Twitter.
Mungkin saja kedua ekosistem ini akan tetap ada sepuluh tahun ke depan, namun dengan pengalaman pengguna yang sangat berbeda.
Sementara Meta terus berusaha meniru dan mengakuisisi pesaingnya, Twitter tetap teguh sebagai platform kebebasan berekspresi yang tak tertandingi.
Pertanyaannya adalah, seberapa penting kebebasan berbicara bagi pengguna media sosial?
Perkara gugatan hukum antara Meta dan Twitter ini akan menjadi pertarungan menarik untuk disaksikan.
Siapakah yang akan keluar sebagai pemenang dalam persaingan antara Meta dan Twitter?***
Artikel Terkait
Data pengguna di MyIndihome bocor! 35 juta data tersebar di dunia maya
Pertempuran Dota 2 terbesar di tanah air telah tiba, The Bali Major 2023!
Meta luncurkan aplikasi baru Threads, siap jadi pesaing Twitter
Cristiano Ronaldo luncurkan koleksi NFT terbaru melalui Binance, The GOAT hadir di teknologi Blockhain
Menggemparkan! 34 juta data paspor Indonesia dibocorkan dan diperjualbelikan di internet