iPhone laris manis di Indonesia, Tim Cook, bos Apple justru beri pesan menohok ini!

JAKARTA INSIDER - Di tengah tekanan perang dagang dan ketidakpastian ekonomi global, Apple tetap menunjukkan dominasinya sebagai pemimpin pasar ponsel dunia.

Berdasarkan laporan dari firma riset Counterpoint, penjualan iPhone di kuartal pertama 2025 tumbuh sebesar 4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY), dengan pangsa pasar mencapai 19%.

Salah satu kunci kesuksesan Apple adalah peluncuran iPhone 16e, yang ditujukan untuk segmen kelas menengah.

Baca Juga: Waspada! BMKG ingatkan bahaya gempa Megathrust, warga Jakarta harus bersiap!

Produk ini dinilai berhasil menarik perhatian konsumen yang kini semakin selektif dalam mengeluarkan uang karena kondisi ekonomi yang tidak menentu.

Secara umum, iPhone telah lama memiliki reputasi sebagai ponsel berkualitas tinggi dan menjadi andalan (daily driver) bagi Gen Z serta masyarakat kelas menengah ke atas.

Namun di balik gemilangnya kinerja Apple, CEO Tim Cook justru menyampaikan pandangan yang cukup mengejutkan.

Baca Juga: Mengenal fenomena Stecu, lagu galau jadi tren gaya cuek anak muda Asia Tenggara

Dalam wawancara dengan GQ, ia secara terbuka mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dampak negatif teknologi terhadap kehidupan manusia.

“Filosofi saya sederhana: kalau waktu Anda menatap layar lebih banyak daripada menatap mata manusia lain, berarti ada yang salah,” tegas Cook, dikutip Sabtu (26/4).

Ia menyoroti bagaimana kecanduan terhadap gadget bisa memengaruhi kondisi mental pengguna, apalagi di era ketika orang hampir tak bisa lepas dari ponsel.

Baca Juga: Indonesia bersama dengan Estonia sepakat untuk mendukung resolusi perdamaian Ukraina dan Rusia

Cook menambahkan bahwa Apple sebenarnya telah mencoba mengatasi hal ini melalui fitur ‘Screen Time’ yang memungkinkan pengguna memantau durasi penggunaan perangkat.

“Saya sangat disiplin memantau laporan Screen Time saya sendiri, untuk tahu apakah saya sudah terlalu lama di depan layar,” ungkapnya.

Cook mengakui bahwa bagi generasi yang tidak lahir di era digital, mengendalikan kecanduan terhadap gadget mungkin lebih mudah.