JAKARTA INSIDER - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali mengingatkan masyarakat akan bahaya laten gempa megathrust, khususnya bagi kota-kota besar yang dibangun di atas tanah lunak, seperti Jakarta.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa meskipun pusat gempa megathrust kemungkinan berjarak ratusan kilometer dari Ibu Kota, masyarakat tetap harus waspada karena sifat tanah lunak di Jakarta dapat memperkuat getaran gempa yang datang dari kejauhan.
"Apa yang perlu disiapkan bagi masyarakat atau pemerintah? Yang kami khawatirkan justru kota-kota dengan tanah lunak. Misalnya Jakarta. Meski jaraknya ratusan kilometer dari sumber gempa, masyarakat tetap harus waspada terhadap potensi gempa megathrust," ujar Dwikorita dilansir dari Youtube MetroTv (26/4).
Baca Juga: Musim kemarau datang Mei 2025, BMKG imbau sejumlah wilayah di Indonesia bersiap
Ia mengungkapkan bahwa fenomena serupa juga terjadi saat gempa mengguncang Myanmar pada awal April 2025.
Meski episentrum berada sangat jauh dari Thailand, getarannya tetap terasa kuat di Bangkok karena karakteristik tanahnya yang lunak, mirip dengan Jakarta.
"Kenapa Bangkok bisa terdampak cukup kuat, padahal jauh dari Myanmar? Karena tanah di Bangkok mirip Jakarta, yaitu lunak. Maka gelombang gempa yang sampai ke tanah lunak akan mengalami penguatan. Meskipun jaraknya jauh, guncangannya bisa jadi sangat kuat," terang Dwikorita.
Menurutnya, ketika gelombang gempa bergerak melalui tanah yang keras, energinya akan cenderung teredam. Namun saat memasuki tanah lunak, gelombang akan memperbesar getaran yang dirasakan di permukaan.
"Begitu masuk tanah lunak, getarannya jadi tambah kuat. Di Jakarta dan Bangkok, efek ini sangat terasa," tambahnya.
Dwikorita juga menekankan bahwa daerah yang lebih dekat dengan sumber gempa, seperti kawasan pesisir selatan Jawa, justru bisa mengalami guncangan yang lebih lemah karena struktur tanahnya yang keras. Ia mencontohkan Pelabuhan Ratu yang walaupun dekat dengan pusat gempa, dampaknya mungkin tidak sekuat di Jakarta.
"Di Pelabuhan Ratu, karena batuannya keras, perambatan gelombang bisa diredam. Gelombang gempa saat menembus benda keras akan melemah, tapi saat lewat tanah lunak, guncangan jadi kuat lagi," ujarnya.
Melihat risiko ini, Dwikorita meminta pemerintah pusat maupun daerah segera mengambil langkah-langkah mitigasi, terutama dalam hal kesiapan struktur bangunan.
Ia menekankan pentingnya pemeriksaan menyeluruh terhadap bangunan-bangunan tinggi yang berdiri di atas tanah lunak di Jakarta.
Artikel Terkait
Mbok Yem, penolong para pendaki yang lapar dan lelah
Hamzah Sulaiman, pendiri House of Raminten, berpulang
BKN tanggapi pengunduran diri ribuan CPNS 2024: Ini penyebabnya
Tes Rekrutmen BUMN 2025 tahap 1: Ini nilai ambang batas yang perlu diketahui
Kapal asing masih marak lakukan penangkapan ikan ilegal di perairan RI