Seiring waktu, OpenAI memperkenalkan ChatGPT-4 dan kini ChatGPT-4o, yang tak hanya bisa memahami teks, tetapi juga menghasilkan gambar dan suara—termasuk gaya visual seperti Ghibli yang kini viral.
Fitur ini memungkinkan pengguna membuat gambar yang meniru gaya seni tertentu dengan prompt teks sederhana, dan di sinilah kontroversi muncul.
Baca Juga: 9 Poin Sikap Resmi Presiden Prabowo terhadap Pengenaan Tarif 32 Persen oleh Presiden AS Donald Trump
Kontroversi Hak Cipta dan Nilai Seni
Di Jepang, hukum memperbolehkan penggunaan karya seni sebagai bagian dari pelatihan AI, demi mendukung inovasi teknologi.
Namun, para ahli hukum memperingatkan bahwa bila hasil AI terlalu menyerupai karya orisinal yang sudah memiliki hak cipta—seperti gaya khas Studio Ghibli—maka hal itu dapat menimbulkan masalah hukum serius.
Bagi Miyazaki, masalah utama bukan sekadar hak cipta, melainkan nilai seni itu sendiri. Setelah puluhan tahun mendedikasikan hidupnya untuk membuat animasi yang menyentuh hati, ia merasa bahwa AI tidak pernah bisa memahami kedalaman pengalaman manusia yang menjadi bahan bakar sejati sebuah karya seni.
Tren ini mungkin menghibur banyak orang. Namun di balik layar, ada seniman besar yang merasa dunia mulai melupakan bahwa seni bukan sekadar visual, melainkan jiwa.***
Artikel Terkait
Top! Menperin: Indonesia Jadi Negara Pertama di Asia yang Miliki Fasilitas R&D Apple, 15 Perguruan Tinggi Terlibat Termasuk ITB dan ITS
Fitur terbaru pada Galaxy S25 Series dengan antarmuka baru, bisa mengubah sketsa menjadi gambar dan semakin canggih!
Rusia sebagai negara dengan Militer terkuat, ternyata memiliki senjata super killer dan rudal balistik antarbenua
Bill Gates prediksi AI akan gantikan peran Guru dan Dokter dalam 10 tahun ke depan
Google akuisisi Wiz senilai Rp500 Triliun, untuk tujuan keamanan digital atau manuver geopolitk!