Ketua PP Muhammadiyah minta perbedaan penetapan 1 Syawal jangan ‘digoreng’ jadi sumber perpecahan

photo author
- Senin, 6 Februari 2023 | 14:50 WIB
Ketua PP Muhammadiyah meminta perbedaan penetapan 1 Syawal 1444H dengan pemerintah jangan dijadikan sumber perpecahan.
Ketua PP Muhammadiyah meminta perbedaan penetapan 1 Syawal 1444H dengan pemerintah jangan dijadikan sumber perpecahan.

JAKARTA INSIDER – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah resmi menetapkan 1 Ramadan 1444 H jatuh pada hari Kamis Pon, 23 Maret 2023, 1 Syawal 1444 H jatuh pada hari Jumat Pahing, 21 April 2023, dan Iduladha 10 Zulhijjah pada Rabu Kliwon, 28 Juni 2023.

Penetapan ini melalui Maklumat Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Nomor 1/M/MLM/I.0/2023 yang diumumkan hari ini, Senin 6 Februari 2023.

Dengan penetapan ini, akan ada potensi perbedaan 1 Syawal dan 10 Zulhijjah antara penetapan Muhammadiyah dengan pemerintah.

Baca Juga: BREAKING NEWS! PP Muhammadiyah resmi umumkan Lebaran 2023 jatuh pada 21 April. Potensi beda dengan pemerintah

Terkait hal tersebut, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyampaikan jika terjadi perbedaan penetapan hari-hari penting itu di tubuh internal Umat Islam Indonesia diminta untuk saling menghargai, menghormati, dan tasamuh.

“Kita punya pengalaman berbeda dalam hal 1 Ramadan, 1 Syawal 10 Zulhijjah sehingga perbedaan itu jangan dianggap sebagai sesuatu yang baru. Artinya kita sudah terbiasa dengan perbedaan lalu timbul penghargaan dan kearifan,” ungkap Haedar pada (6/2) di acara Konferensi Pers maklumat PP Muhammadiyah “Penetapan hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah 1444 H”.

Dalam urusan perbedaan, Haedar mengatakan supaya umat Islam menjunjung tinggi penghargaan dan kearifan ketika menjalankan praktik beragama.

Baca Juga: Ngebut saat mengendarai ambulans untuk antar jenazah. Begini hukumnya dalam Islam

Perbedaan, tegasnya, sebagai suatu yang biasa. “Maka perbedaan tersebut jangan dianggap sebagai sumber perpecahan,” ucap Haedar.

 “Jangan juga dijadikan sumber yang membuat kita Umat Islam dan warga bangsa lalu retak, karena ini menyangkut ijtihad yang menjadi bagian denyut nadi perjuangan perjalanan sejarah Umat Islam yang satu sama lain saling paham, menghormati dan saling menghargai,” imbuhnya.

Kesempatan berjumpa dengan Ramadan dan Syawal 1444 H, sambung Haedar, harus dimanfaatkan sebagai momen ibadah agar lebih dekat dengan Allah SWT, berbuat baik dalam kehidupan dan membangun diri sebagai mukmin yang lebih baik dari sebelumnya.

Baca Juga: Sejarah singkat pendirian dan perkembangan Muhammadiyah

Guru Besar Sosiologi ini menjelaskan, supaya perbedaan yang dimiliki menjadi kekuatan bagi muslim secara pribadi dan Umat Islam secara kolektif.

Bagi Warga Muhammadiyah, imbuhnya, tidak perlu khawatir atas maklumat penetapan tersebut sebab dibangun atas dasar keilmuan dan keislaman yang kokoh.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Sukowati Utami JI

Sumber: muhammadiyah.or.id

Tags

Rekomendasi

Terkini

X