Kisah korban tsunami Aceh selamat di atas springbed penuh ular, kalajengking dan lintah

photo author
- Senin, 26 Desember 2022 | 22:14 WIB
Kisah korban terdampak tsunami Aceh yang hingga kini masih hidup. (instagram.com/teukuwisnu)
Kisah korban terdampak tsunami Aceh yang hingga kini masih hidup. (instagram.com/teukuwisnu)

Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA), Tgk H Muhammad Yusuf A Waha b mengisi tausiah dan doa bersama.

Sedangkan zikir dan selawat dipandu oleh Pimpinan Pesantren Darul Mujahiddin Lhokseumawe, Tgk Muslim At Thahiri.

“Kuburan Massal Siron salah satu tempat saksi betapa dahsyatnya tsunami 2004 silam. Ada 40 ribu lebih para syuhada yang dimakamkan di sana. Jadi, tidak hanya kegiatan seremonial semata, tapi kita sekalian berziarah di sana,” ujar Almuniza di Banda Aceh

Dia menegaskan, keberadaan makam itu juga memberikan sebuah pembelajaran dalam hal tenggang rasa, serta saling menghargai antarumat beragama.

“Setiap peringatan tsunami, banyak sekali ditemui peziarah berbeda suku, agama dan budaya yang membaur di Kuburan Massal Tsunami Siron untuk mendoakan keluarga dan kerabatnya," ujarnya.

Baca Juga: Sejarah singkat NU dan Muhammadiyah, pendirinya ternyata bersahabat

Peringatan 18 tahun tsunami mengusung tema “Bangkit Lebih Kuat, Bangun Budaya Sadar Bencana”.

“Isi tema tersebut sebagai bentuk upaya pemerintah mengajak masyarakat agar senantiasa bersemangat dalam bertransformasi dan bangkit dalam membangun budaya sadar bencana,” ujar Almuniza.

Ia menilai, peringatan tsunami yang dihelat setiap tahun merupakan salah satu upaya Pemerintah Aceh untuk mengedukasi generasi penerus bangsa agar selalu siaga terhadap bencana.

“Masyarakat Aceh harus selalu membangun budaya sadar bencana dalam upaya mengantisipasi kejadian-kejadian yang mungkin terjadi di masa depan," katanya.

Intinya, edukasi tetap menjadi poin utama dalam setiap tahun peringatan tsunami.

Momentum peringatan tsunami diharapkan menjadi renungan bagi masyarakat Aceh sebagai media pembelajaran dan memperkuat keimanan kepada Allah Ta’ala.

“Kita juga harus sadar terhadap fenomena alam dan mengajarkannya kepada generasi mendatang, karena mencegah bencana alam tentu tidak bisa, tapi mengurangi risikonya pasti bisa kita lakukan bersama-sama dengan semangat berkolaborasi,” ujarnya.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: St Shofia Munawaroh JI

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X