Gempa susulan Cianjur sudah 406 kali, frekuensi semakin jarang

photo author
- Jumat, 9 Desember 2022 | 13:52 WIB
Penyerahan dana stimulan untuk warga korban cianjur  (Dok BNPB)
Penyerahan dana stimulan untuk warga korban cianjur (Dok BNPB)

Jadi harus diwaspadai kemungkinan terjadinya bencana ikutan usai gempa. Material lereng yang runtuh seperti tanah, batu, pohon, kerikil, dan lainnya harus dibersihkan.

Tujuannya agar tidak terbawa air dan menjadi banjir bandang seperti pernah terjadi saat gempa Palu dan Pasaman Barat.

Dwikorita juga mengimbau saat proses rehabilitasi dan rekonstruksi bangunan harus menggunakan struktur bangunan tahan gempa.

Menurut dia, banyaknya korban meninggal dan signifikannya kerusakan yang terjadi pada saat gempa M5,6 Cianjur diakibatkan terjadinya gempa dangkal juga akibat struktur bangunan di wilayah terdampak tidak memenuhi standar tahan gempa.

Baca Juga: Prosesi siraman Kaesang Pangarep mulai pasang bleketepe, sungkem, suapan terahir, hingga digendong Jokowi

"Mayoritas bangunan yang terdampak karena dibangun tanpa mengindahkan struktur aman gempa yang menggunakan besi tulangan dengan semen standar," katanya.

Akibat tidak mengindahkan struktur bangunan aman gempa tersebut, maka bangunan tidak mampu menahan guncangan gempa.

"Perlu dipahami, bahwa banyaknya korban jiwa dan luka-luka dalam gempabumi Cianjur bukan diakibatkan guncangan gempabumi, melainkan karena tertimpa bangunan yang tidak sesuai dengan struktur tahan gempabumi," ujarnya.

Khusus untuk pemukiman warga di daerah lereng-lereng dan perbukitan, ujar Dwiokorita, maka opsi relokasi memang harus dilakukan.

Baca Juga: Bocah SD di Lubuklinggau disekap lalu diperkosa pria paruh baya di mushola sekolah

Apalagi berdasarkan analisa yang dilakukan BMKG, gempa di Cianjur merupakan gempa yang berulang setiap 20 tahunan dan kemungkinan dapat terjadi kembali.

Kondisi bangunan yang runtuh akibat gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu (23/11).
Kondisi bangunan yang runtuh akibat gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu (23/11). (Dok. BNPB)

Topografi di wilayah lereng dan perbukitan tersebut tidak stabil dengan kondisi tanah yang rapuh atau lunak dan sering jenuh air akibat curah hujan yang cukup tinggi.

Untuk wilayah relokasi, BMKG melakukan survei untuk mengidentifikasi wilayah mana saja yang aman terhadap guncangan gempa.

BMKG juga akan memadukan data yang dimiliki dengan PVMBG terkait wilayah rawan gempa dan rawan longsor guna mendukung proses rehabilitasi dan rekonstruksi usai gempa bumi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: St Shofia Munawaroh JI

Sumber: bmkg.go.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X