Erwin Aksa ayam kinantan dari timur, berultah, ini kado Indra J Piliang

Mereka mengadakan sosialisasi politik di seluruh titik yang disinggahi. Bahlil setahu saya adalah adik asuh dari EA.

Dari arah kiri ke kanan, Indra J. Piliang, Asmadi / Ketua DPD Partai Golkar Padang Pariaman, Erwin Aksa. (Istimewa /JakartaInsider)

Ketika maju dalam pemilihan Ketua Umum HIPMI, EA terlibat sebagai salah satu tokoh pendukung, begitu juga saya.

Sebagai mentor Bahlil dan Eka Sastra, tentu saja EA bisa membuat relawan nasional dari Sabang sampai Merauke, dari Nunukan hingga Rote.

Baca Juga: 2 gol David da Silva buat Persib Bandung unggul atas Persik Kediri, Maung Bandung sementara memimpin

Hanya saja, EA tidak melakukan itu. REPNAS yang dibentuk oleh dua adik asuh EA ini bergerak leluasa, tanpa merasa dibayang-bayangi oleh nama besar EA.

Saya sudah beberapa kali menelusuri kota demi kota di Indonesia. Saya tidak menemukan wujud pergerakan skala nasional yang dilakukan EA.

Pun dalam safari politik yang diikuti oleh Capres Prabowo Subianto, tidak terlihat sosok EA. EA hanya hadir di kalangan terbatas, dalam lingkungan terbatas.

EA tak berada di depan blitz, rekaman kamera elektronik, hingga jangkauan smartphone loyalis dan simpatisan Prabowo Subianto.

Entah mengapa, EA memutuskan untuk masuk titik pusar diferensiasi politik, kala menyelusup di tengah pendukung Cawapres Sandiaga Uno, tepat sebulan sebelum hari pemilihan.

Saya sungguh tak menduga keputusan itu. EA terlihat tak mempersiapkan dampak dari sorotan publik dengan tensi tinggi. Keputusan untuk non aktif juga bersifat subjektif.

Saya ingat, sekitar bulan Maret 2017, pada suatu malam yang basah dan berhujan, ajudan Pak HR Agung Laksono menelepon saya.

Sebelumnya, Dave Laksono yang menanyakan keberadaan saya, lalu menyebut: "Lu dicariin Babe, tuh!" Saya langsung menghubungi Pak Agung, pun ajudannya. Jelang tengah malam, saya ditunggu di kediaman.

"Gue barusan Rapat Pleno dengan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar DKI Jakarta. Ada sekitar 40 orang. Ketua Umum DPP Partai Golkar dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Partai Golkar juga hadir.

Intinya, mereka mengeluh, terutama yang muda-muda, tidak bisa bergerak untuk Ahok. Mereka bilang, bagaimana mau bergerak, sementara lu berada dalam kubu Anies - Sandi," kata Pak Agung.