"Jumlah bayi yang lahir telah menurun seiring dengan penurunan populasi wanita dan jumlah pernikahan yang terus menurun," kata Roh Hyung-joon, kepala divisi tren populasi di Statistics Korea.
Baca Juga: Nokia C31 dan Nokia C21 Plus resmi hadir di Indonesia. Harga 1 jutaan, inilah perbedaan keduanya
"Selain itu, angka kelahiran menurun seiring bertambahnya usia melahirkan dan masa subur dipersingkat."
Bila kondisi ini terus berlanjut, dampaknya bisa sangat serius. Populasi Korsel akan terus menyusut dan tidak bakal ada usia produktif yang bisa menggantikan aging population.
Lebih jauh, hal ini akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara.
Baca Juga: Laris manis, mobil listrik Hyundai Ioniq 5 bekas KTT G20 ludes terjual. Begini spesifikasinya
Tak ingin hal ini terjadi, Presiden Yoon Suk Yeol memerintahkan para pembuat kebijakan untuk menemukan langkah-langkah yang lebih efektif untuk mengatasi masalah ini.
Hal ini dilakukan untuk membujuk pasutri memiliki lebih banyak anak dan membujuk wanita untuk menikah.
Pemerintah Korea Selatan juga memberikan insentif tambahan biaya melahirkan, tunjangan kesehatan, hingga kemudahan akses pinjaman.
Sayangnya, strategi itu tak berhasil. Ternyata warga Korea Selatan tetap memilih menjomblo sebagai jalan hidupnya. ***