Imbas perang Ukraina-Rusia, krisis pangan di depan mata, resesi ekonomi mengancam dunia

photo author
- Jumat, 28 Oktober 2022 | 17:37 WIB
Ilustrasi kebun bunga matahari.perang Ukraina dan Rusia membawa dampak pada krisis pangan dan perekonomian global    ( tradeatlas.com)
Ilustrasi kebun bunga matahari.perang Ukraina dan Rusia membawa dampak pada krisis pangan dan perekonomian global ( tradeatlas.com)

Penyebabnya, sekitar 20 persen lahan  gandum di Ukraina kemungkinan tidak bisa dipanen akibat perang. Memang ada tambahan pasokan dari Argentina, India,bUni Eropa dan Amerika Serikat.  Namun, dalam hitungan FAO, produksi gandum dari negara-negara ini tidak bisa  menutup kekosongan yang ditinggalkan oleh Ukraina.

Total perdagangan serealia pada musim 2021- 2022 diperkirakan 469 juta ton. Turun sekitar 14,6 juta ton dari perkiraan sebelumnya atau dua persen di bawah musim  2020-2021.

Presiden Bank Dunia, David Malpass,  khawatir banyak negara akan memilih mengamankan pasokan pangan masing-masing sehingga enggan mengekspor ke negara lain.

Baca Juga: Capres Partai Nasdem Anies Baswedan cari pasangan yang dukung elektabilitas

Situasi ini tentunya akan memperparah krisis pangan dunia dan menurutnya dalam waktu beberapa pekan saja, jumlah negara yang menerapkan pembatasan ekspor pangan meningkat 25 persen menjadi 35 negara.

Pada akhir Maret 2022, 53 aturan perdagangan baru terkait pangan telah ditetapkan, dimana 31 diantaranya adalah pembatasan ekspor.

David Malpass mengatakan sejarah membuktikan kebijakan pembatasan ekspor adalah kebijakan  yang salah dan kontraproduktif. Satu dekade lalu kebijakan ini memperparah krisis pangan karena menyebabkan harga gandum melonjak 30 persen dan  menjadi bencana untuk semua orang.

Baca Juga: Aher vs AHY, ulangan Pilpres 2019, tak dipilih cawapres Prabowo Subianto

Yang paling meresahkan adalah rakyat miskin di negara-negara termiskin dunia di mana mereka adalah importir pangan.  Kebutuhan bahan pokok makanan menyumbang separuh dari konsumsi rumah tangga miskin.

Krisis pangan 2008 telah menyebabkan peningkatan malnutrisi khususnya pada anak dan studi menunjukkan tingkat putus sekolah di keluarga miskin meningkat sampai 50 persen.

Saat ini, bukan waktu yang tepat untuk memberlakukan kebijakan larangan ekspor.  Semua negara harus menjaga arus perdagangan pangan dunia tetap lancar terlebih ditengah tekanan krisis geopolitik.

Baca Juga: Nikita Mirzani ditahan, Lolly justru pilih fokus untuk ke London

Masyarakat dunia berharap Ukraina dan Rusia dapat segera melakukan perdamaian agar krisis pangan bisa dihindari dan tidak terjadi resesi ekonomi global di 2023.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sukowati Utami JI

Sumber: YouTube CNBC Indonesia

Tags

Rekomendasi

Terkini

X