JAKARTA INSIDER - Pengemis online merupakan model pengemasan baru dari eksploitasi kemiskinan.
Maraknya konten tersebut memang bisa menarik rasa iba dari warganet hingga akhirnya mau menyumbang atau memberikan gift.
Menurut Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) PWNU Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Hairus Salim HS, bagaimana pun model dan tempatnya, perilaku mengemis tidak baik untuk dilakukan.
"Mengemis adalah perbuatan yang lebih baik ditinggalkan daripada dikerjakan. Mau bagaimana pun, mengemis tetap perilaku tidak terpuji. Mental minta-minta melekat pada atribut itu, tidak mau berusaha," tegas Hairus, Selasa (17/1/2023).
Ia menyayangkan bahwa mengemis online itu menunjukkan adanya pergeseran model mengemis.
Seperti hal lain, ngemis online juga merambah ke dunia digital yang tak kenal ruang waktu.
Bukannya kreatif, Hairus malah menilai perilaku mengemis hanya mungkin dilakukan oleh orang-orang yang tidak memiliki kreativitas dan inovasi.
"Mereka yang membuat konten ngemis online di media sosial adalah orang-orang yang tidak memiliki keahlian dan tidak mau berusaha," katanya prihatin.
Mengemis online mungkin juga dilakukan oleh mereka yang kemampuan membuat kontennya pas-pasan dan keahlian digital atau IT-nya juga rendah.
Mereka yang memiliki keahlian lebih tidak akan melakukan hal itu.
Seperti diketahui, fenomena mengemis online dengan cara live streaming atau siaran langsung di aplikasi TikTok belakangan ini telah memicu banyak komentar, termasuk dari Menteri Sosial Risma.
Baca Juga: Penyebab jatuhnya pesawat Yeti Airlines menemui titik terang, Black Bock pesawat berhasil ditemukan
Pasalnya, demi mendapatkan rupiah dari fitur gift, para kreator pengemis online bahkan rela melakukan cara tak lazim.