Kemudian, Rusia pun melakukan berbagai strategi, salah satunya filtrasi politik dalam negeri Ukraina.
Strategi ini membuahkan hasil, yaitu pada tahun 2010, pemimpin oposisi yang pro Rusia, Viktor Yanukovych terpilih menjadi Presiden Ukraina.
Namun, sejak Yanukovych terpilih menjadi presiden, hubungan antara Ukraina dengan NATO dan Amerika benar-benar dipenggal. Artinya Yanukovych benar-benar berpihak pada Rusia, dan ini membuat Presiden Vladimir Putin senang.
Baca Juga: Ukraina dan Rusia rencana barter tahanan sipil, dalam situasi perang bergejolak
Revolusi kembali terjadi tahun 2014, karena rakyat Ukraina tidak senang dengan keberpihakan Viktor Yanukovych pada Rusia.
Akhirnya, di Ukraina terjadi kekosongan kekuasaan karena gerakan revolusi tersebut, dan ini menjadi kesempatan bagi Rusia untuk mengambil paksa daerah Crimea.
Selain mengambil paksa Crimea, Rusia juga menyalakan api pemberontakan dengan mendukung penuh kelompok separatis yang berada di Ukraina Timur.
Baca Juga: Ukraina balas dendam! Serang infrastruktur energi di Rusia akibatkan satu wilayah gelap gulita
Masalah geopolitik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina ini cukup serius, bahkan hingga presiden baru Ukraina, Volodymyr Zelensky terpilih.
Apalagi, Presiden Zelensky secara tegas menyatakan tidak ingin Ukraina berada di bawah bayang-bayang Rusia lagi serta ingin bergabung dengan NATO dan Amerika.
Sudah jelas NATO dan Amerika menyambut dengan baik keinginan itu dan tentunya menjadi hal yang menguntungkan, yang mana mereka bisa saja membuat pangkalan militer di Eropa Timur.
Sebaliknya, Rusia menjadi terancam dan hasrat mengambil alih Ukraina menjadi semakin besar pula.
Dari konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina ini, akankah terjadi Perang Dunia Ketiga?
Kemungkinan tersebut akan selalu ada karena Presiden Vladimir Putin merupakan seorang yang memiliki power di Rusia.