Lebih lanjut kata Risman Bustamam, dengan menggunakan pendekatan yang adaptif (luwes dan horizontal), dan partisipatif (merangkul dan memberi ruang) kepada mahasiswa gen millenial.
Juga, dengan pendekatan menghadirkabn diri kita baik di keluarga, sekolah, dan lingkungan, sebagai “sosok berkepribadian Nabi Muhammad,” sehingga remaja merasakan seperti apa indah dan kukuhnya Nabi Muhammad, menghadapi tantangan hidup di era millenial.
"Nabi Muhammad sudah tidak ada, semua pihak; orang tua, guru dan ulama, harus mau dan mampu meneladankan diri, menjadi teladan nyata bagi anak-anak dan siswanya. Kalau tidak, keteladanan itu akan menjadi abstrak. Sementara di luar sana, di internet mereka menemukan tokoh idola yang nyata. Selain itu, dalam meneledani keteladanan Nabi Muhammad di era millenial ini, harus dimulai dari literasi, cinta dan rindu Nabi, pembiasaan, dan peneladanan diri oleh semua pihak, sebagai manifestasi kehadiran sosok Nabi melalui pewaris para nabi di dunia nyata," imbuhnya.
Baca Juga: Ada sendok dan gelas di TKP keluarga yang tewas keracunan di Magelang. Sengaja diracun?
Dalam Blessed Friday yang dimulai sejak pukul 8.00 pagi dan berakhir pukul 12.30, nara sumber kedua, Muhammad Iqbal, MA, Ph.D, dari Universitas Paramadina, menjelaskan tentang bentuk-bentuk perilaku penyimpangan di kalangan remaja yang berbahaya.
Antara lain, hubungan seks di luar nikah, balapan liar, merokok dan minum-minuman keras, berkelahi, tawuran massal, pornografi, kecanduan akses kontens porno, dan kecanduan gadget; gamebonpine.
Perilaku itu, ditegaskan oleh Muhammad Iqbal, harus diantisipasi oleh semua pihak, dari berbagai cara dan pendekatan. "Sebab, hal itu sudah menjadi kampanye pihak tertentu dan akan terus ada dalam kehidupan remaja millenial jika tidak diantisipasi." Demikian Muhammad Iqbal.
Di awal pengantar Blessed Friday ini, Wakil Rektor III UIN MY Batusangkar, bidang Kemahsiswaan dan Kerjasama, mewakili Rektor, Dr. Sirajul Muni, M.Pd., menyatakan bahwa ia sangat apresiasi atas acara Blessed Friday kali ini.***