JAKARTA INSIDER – Sudah empat bulan lamanya pilot maskapai Susi Air, Philips Mark Methrtens (37), disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua.
Perkembangan terakhir, KKB Papua memberi ultimatum untuk menembak Pilot Susi Air Captain Philips M pada 1 Juli 2023, bila tak memberi sejumlah uang tebusan. Namun, hingga saat ini tak terdengar kabar lagi usai diultimatum.
Dikabarkan sebelumnya, KKB Papua yang dipimpin oleh Egianus Kogoya telah meminta tebusan sebesar Rp 5 miliar agar pemerintah membebaskan pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Merthens.
Baca Juga: Prakiraan cuaca Jabodetabek hari ini Senin 3 Juli 2023, BMKG: Pagi Jabodetabek cerah berawan
KKB memberikan tenggat waktu hingga Sabtu, 1 Juli 2023 untuk memenuhi permintaan tersebut. Permintaan ini diduga disampaikan oleh pihak Egianus melalui keluarganya, karena keluarga merupakan satu-satunya jalur komunikasi antara pemerintah dan KKB.
Atas permintaan tebusan tersebut, Pemerintah Daerah (Pemda) Papua telah menyiapkan uang tebusan untuk Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Pimpinan Egianus Kogoya. Hal ini sebagai bentuk upaya menyelamatkan Pilot Susi Air yang sejak Febuari 2023, menjadi korban penyanderaan.
Kabid Humas Polda Papua Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo mengatakan, uang tebusan atau jaminan itu bukan disediakan oleh pihaknya melainkan oleh pemda setempat.
"Sebenarnya bukan Polda yang akan memberikan uang jaminan itu, bukan uangnya Polda ya. Jadi intinya Pemerintah Daerah itu akan menyiapkan uang tebusan kepada kelompoknya Egi kalau mau melepaskan pilot," kata Benny, Jumat (30/6), melansir Merdeka.com hari ini.
Namun, ia tak membeberkan secara rinci terkait nominal uang yang sudah disediakan oleh Pemda setempat untuk diberikan kepada KKB tersebut.
"Nah itu dulu kan sampai sekarang ini Egi enggak pernah membuka ruang komunikasi lagi terkait dengan itu, itu permasalahannya. Makanya ini kami mengajak keluarganya Eggy, tokoh-tokoh masyarakat bahkan tokoh agama, sudah mencoba juga, ternyata susah untuk bisa," ungkapnya.
Benny menegaskan, KKB pimpinan Egianus inilah yang disebutnya tidak mau membuka ruang komunikasi. Sehingga, dirinya belum bisa memastikan kapan hal itu bakal dilakukan.
"Jadi memang kelompok Egi-nya ini, Egi-nya sendiri yang tidak pernah mau membuka ruang komunikasi," tegasnya.