JAKARTA INSIDER - Iran yang kini ibu kotanya adalah Teheran akan berubah ke wilayah utara Iran, yakni Makran yang berada di wilayah pesisir selatan Iran.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian tengah mempersiapkan pindah ibu kota Iran dari Teheran ke Makran yang berada di wilayah pesisir selatan Iran.
Sebelumnya, Teheran ditetapkan sebagai ibu kota negara oleh Āghā Moḥammad Khān, penguasa pertama dinasti Qājār di Iran, lebih dari 200 tahun yang lalu.
Baca Juga: Tahniah! KPU Provinsi Riau tetapkan Abdul Wahid dan Hariyanto sebagai Gubernur dan Wagub terpilih
Hal pemindahan ibu kota ke tempat lain pertama kali diperkenalkan di bawah kepemimpinan Presiden Mahmoud Ahmadinejad pada awal tahun 2000-an.
Gagasan ini diutarakan sekali lagi oleh Presiden Masoud Pezeshkian sebagai cara untuk menyelesaikan masalah Teheran terkait kelebihan populasi, kelangkaan air, kekurangan listrik, dan lain-lain.
Kendati demikian, gagasan ini telah dibahas sebelumnya, gagasan ini tidak pernah diupayakan karena kendala keuangan dan perdebatan politik.
Dengan lebih dari 9 juta penduduk, Teheran telah lama menghadapi kelebihan populasi serta polusi udara, sehingga ibu kotanya menjadi salah satu kota dengan polusi terburuk di dunia.
Ibu kota negara Iran itu juga menghadapi apa yang disebut sebagai "kebangkrutan air," selain kekurangan listrik dan gas.
Ide pemindahan ibu kota ke selatan menjadi populer selama masa kepresidenan Ahmadinejad karena ibu kota saat ini sering dilanda gempa bumi.
Pada pertengahan tahun 2000-an, mantan Presiden Iran Hassan Rouhani mengangkat kembali pembahasan tersebut saat ia mencatat pertumbuhan Teheran yang tidak berkelanjutan dan masalah lingkungan.
Memindahkan ibu kota Iran ke Makran sendiri akan memakan biaya besar, waktu yang lama, dan akan mengubah identitas budaya negara tersebut secara signifikan. Pezeshkian juga telah menerima kritik dari para politisi dan pihak lain terkait masalah tersebut.***