nasional

Musim kemarau 2025 diprediksi lebih singkat, pakar UGM serukan bahayanya

Sabtu, 26 April 2025 | 09:46 WIB
Ilustrasi musim kemarau 2025

JAKARTA INSIDER - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menyatakan bahwa bulan April 2025 menjadi awal dimulainya musim kemarau di sejumlah wilayah Indonesia.

Namun, seperti biasa, peralihan musim di negeri kepulauan ini tidak terjadi secara serentak. Setiap daerah memiliki waktunya masing-masing dalam menyambut kemarau, tergantung pada karakteristik iklim lokal dan pergerakan angin muson.

Yang menarik, menurut BMKG, musim kemarau tahun ini diperkirakan akan berlangsung lebih singkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Baca Juga: OpenAI digugat 45 media ternama, ChatGPT dituding langgar hak cipta besar-besaran

Puncak musim kemarau sendiri diprediksi terjadi dalam rentang Juni hingga Agustus 2025. Meski terlihat tidak terlalu panjang, bukan berarti potensi dampaknya bisa diabaikan.

Penjelasan lebih rinci datang dari Dr. Emilya Nurjani, seorang pakar klimatologi dari Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM).

Ia memaparkan bahwa durasi pendek musim kemarau 2025 disebabkan oleh dua faktor utama, yakni pola angin muson dan fenomena iklim global.

Dalam konteks Indonesia, dua jenis angin muson yang berperan besar adalah Muson Asia (musim hujan) dan Muson Australia (musim kemarau).

Baca Juga: Waspada! BMKG ingatkan bahaya gempa Megathrust, warga Jakarta harus bersiap!

“Angin muson menjadi faktor penting dalam penentuan awal musim. Namun, kedatangan angin ini tidak selalu bersamaan. Saat kita tahu kapan muson datang, kita bisa menentukan musim hujan atau kemarau akan dimulai,” ungkap Emilya seperti dikutip dari laman resmi UGM (26/4).

Faktor kedua berkaitan dengan dinamika iklim global, seperti fenomena El Nino dan La Nina, Indian Ocean Dipole (IOD), serta pola osilasi lainnya seperti Quasi-Biennial Oscillation (QBO).

Walaupun biasanya fenomena-fenomena ini memiliki pengaruh besar terhadap curah hujan dan pola iklim di Indonesia, Emilya menegaskan bahwa pada tahun ini pengaruhnya relatif kecil.

Baca Juga: Tim Gabungan Intelijen dalam konferensi Pers mengungkapkan ada sindikat penipuan digital yang melibatkan nama para Pejabat Kodam XIV Hasanuddin

"Kemungkinan besar tahun ini, fenomena-fenomena global tersebut tidak terlalu memengaruhi curah hujan di Indonesia," ujarnya.

Meski musim kemarau tahun ini tidak panjang, Emilya menekankan pentingnya tetap melakukan langkah antisipasi, terutama dalam hal ketersediaan air bersih.

Halaman:

Tags

Terkini