JAKARTA INSIDER - Kita masih sangat berduka dengan tragedi musibah gempa Cianjur yang banyak menelan korban, bahkan para warga yang terdampak gempa masih tinggal di pengungsian.
Tak lama berselang musibah kembali datang, giliran Garut dan Pati yang diguncang oleh gempa bumi.
Kini, kita harus kembali menelan pil pahit dengan kabar yang datang dari Lumajang, Jawa Timur.
Baca Juga: Anies Baswedan: Dukungan dari Tanah Minang berefek besar
Erupsi gunung Semeru yang muntahkan awan panas gugur (APG) dan abu vulkanik bagaikan hujan abu, yang materialnya menimbun lokasi sekitar dan memerihkan mata.
Musibah di akhir tahun yang berulang, agaknya membuat setiap kita bersegera melakukan muhasabah. Apakah alam telah bosan dengan ulah kita?
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS. Ar-rum: 41-42)
Dari ayat tersebut seolah ingin menegaskan bahwa ulah manusialah yang menjadi penyebab berbagai kerusakan yang terjadi di darat dan bahkan di laut.
Bisa jadi, musibah yang datang silih berganti di akhir tahun ini merupakan pengingat untuk kita.
Bisa jadi, musibah ini terjadi akibat ingkarnya manusia dalam menjalankan perintahNya dan malah bersenang-senang dalam hal yang Allah Ta'ala larang.
Terlalu tamak dan cinta kepada dunia, hingga lupa bahwa dunia ini ciptaanNya yang harus dijadikan sebagai jembatan untuk meraih akhirat.
Bahkan terlalu berlebihan dan melakukan eksploitasi terhadap bumi dan kekayaan yang terkandung di dalamnya, tak amanah dalam memanfaatkan kekayaan bumi.
Hingga kerusakan di sana dan di sini kita rasakan, keberkahan itu seolah tercabut dari penduduk bumi.