JAKARTA INSIDER - Makam mantan Presiden keempat Indonesia, KH Abdurrahman Wahid atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Dur, telah menjadi salah satu tujuan wisata religi yang sangat populer di kalangan masyarakat Jombang dan bahkan di seluruh Jawa Timur.
Terletak di desa Cukir, kecamatan Diwek, kabupaten Jombang, Jawa Timur, makam Gus Dur menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi sosok yang penuh inspirasi ini.
Tebuireng, pondok pesantren yang menjadi tempat bersemayamnya makam Gus Dur, juga merupakan tempat peristirahatan para tokoh agama ternama.
Di samping Gus Dur, pengunjung juga dapat menjumpai makam pendiri organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy'ari, serta ayah Gus Dur, yang juga merupakan tokoh nasional, KH Wahid Hasyim.
Selain itu, sejumlah kiai dan keluarga juga dimakamkan di lokasi yang suci ini.
Dengan prasasti berukuran 115 x 60 sentimeter dan tinggi 45 sentimeter, makam Gus Dur dipenuhi dengan nilai sejarah yang tinggi.
Baca Juga: Terungkap fakta BSI negoisasi dengan LockBit sebelum data dibocorkan, BSI: Why is it so big?
Prasasti tersebut terdiri dari tiga jenis batu yang mewakili tiga peradaban yang berusia ribuan tahun.
Batu utamanya terbuat dari Verde Patricia, marmer hijau yang berasal dari India. Di tengahnya terdapat onyx hijau yang berasal dari Persia.
Tulisan yang memuat pesan Gus Dur dalam empat bahasa dipahat di batu Statuario, marmer yang berasal dari Italia.
Baca Juga: Dahulu mandi lumpur pakai gayung, kini panti asuhan eksploitasi anak dengan ngemis di TikTok
Tak hanya itu, di depan makam juga terdapat balai berlantai dua yang memberikan kenyamanan bagi para pengunjung.
Makam Gus Dur dilengkapi dengan pendingin ruangan, sehingga orang-orang dapat berziarah dengan khusyuk dan nyaman.