Baca Juga: Hidangan Favorit Sultan di Masa Kejayaan Utsmani: Kaya Rasa, Sarat Makna
Pada tahun 1553, ketika Süleyman sedang memimpin kampanye militer di Nakhchivan melawan Safawiyah, Mustafa dipanggil ke tenda sultan.
Dengan penuh keyakinan bahwa ia akan membuktikan kesetiaannya, Mustafa datang tanpa curiga.
Namun, di dalam tenda, ia disergap oleh para algojo dan dicekik menggunakan tali sutra metode eksekusi yang lazim di kalangan bangsawan Utsmani untuk menghindari penumpahan darah bangsawan.
Reaksi dan Dampak
Kematian Mustafa mengejutkan banyak pihak. Tentara Janissari yang mengaguminya menunjukkan kekecewaan dan kemarahan, meskipun tidak berani memberontak.
Tragedi ini meninggalkan luka mendalam pada citra Sultan Süleyman dan menjadi perdebatan para sejarawan hingga kini: apakah ia benar-benar percaya pada tuduhan itu, atau hanyalah korban intrik istana?
Warisan Sejarah
Kisah Şehzade Mustafa diabadikan dalam banyak karya sastra, puisi, dan serial televisi seperti Muhteşem Yüzyıl.
Bagi sebagian orang, ia dilihat sebagai korban politik dinasti, sementara bagi yang lain, kematiannya adalah bagian dari kerasnya hukum suksesi di Kesultanan Utsmani.
Kesimpulan
Tragedi Şehzade Mustafa menjadi pelajaran pahit bahwa di tengah gemerlapnya kekuasaan, intrik dan perebutan takhta dapat menghancurkan ikatan keluarga.
Di balik gelar Süleyman yang Agung, tersimpan kisah ayah yang mengorbankan putranya demi stabilitas politik.***