JAKARTA INSIDER- Kisah kematian Şehzade Mustafa adalah salah satu tragedi paling terkenal dan kontroversial dalam sejarah Kesultanan Utsmani.
Mustafa, putra tertua Sultan Süleyman I (dikenal sebagai Süleyman Qanuni atau Süleyman yang Agung), diyakini sebagai calon penerus takhta yang kuat.
Namun, ambisi politik, intrik istana, dan fitnah mengantarkan putra mahkota ini pada akhir yang tragis dieksekusi oleh perintah ayahnya sendiri.
Baca Juga: Hurrem Sultan dalam Sorotan Sejarah: Asal Usul, Koneksi Yahudi, dan Tuduhan Zionis
Latar Belakang Şehzade Mustafa
Şehzade Mustafa lahir pada tahun 1515 dari istri pertama Süleyman, Mahidevran Sultan.
Sejak kecil, ia dikenal cerdas, karismatik, dan terampil dalam strategi militer.
Sebagai gubernur provinsi (sanjak beyi), Mustafa membuktikan kemampuannya dalam mengelola wilayah dan memimpin pasukan. Popularitasnya di kalangan tentara Janissari membuatnya menjadi kandidat kuat untuk menjadi sultan berikutnya.
Baca Juga: 10 Wanita Yahudi di Lingkaran Kesultanan Utsmaniyah: Jejak Awal Pengaruh Zionis?
Intrik Istana dan Fitnah
Popularitas Mustafa justru memunculkan ketegangan di dalam istana.
Hürrem Sultan, istri kedua Süleyman, dan penasihat berpengaruhnya, Rüstem Pasha, diyakini khawatir bahwa Mustafa akan menghalangi peluang putra-putra Hürrem untuk naik takhta.
Menurut catatan sejarah, fitnah disebarkan bahwa Mustafa berencana merebut kekuasaan dari ayahnya, bahkan bekerja sama dengan musuh Utsmani, yakni Safawiyah Persia.
Perjalanan ke Kematian