Kartini mengalami masa pingitan (tidak boleh keluar rumah) selama beberapa tahun, namun ia tetap belajar secara otodidak dari buku dan majalah Eropa.
6. Ingin sekolah ke Belanda, tapi gagal
Kartini sempat mendapat tawaran beasiswa ke Belanda, namun dilarang keluarganya karena harus menikah.
7. Menikah dengan pria yang mendukung cita-citanya
Suaminya, Bupati Rembang Raden Adipati Joyodiningrat, justru mendukung Kartini mendirikan sekolah untuk perempuan.
8. Mendirikan sekolah perempuan pertama
Ia mendirikan sekolah di belakang kantor kabupaten Rembang untuk mengajar anak-anak perempuan setempat.
9. Wafat di usia sangat muda
Kartini meninggal dunia pada usia 25 tahun (pada 17 September 1904), beberapa hari setelah melahirkan anak pertamanya.
10. Surat-suratnya dibukukan oleh orang Belanda
Setelah wafat, surat-surat Kartini dikumpulkan dan diterbitkan oleh J.H. Abendanon dalam buku berjudul “Door Duisternis tot Licht” (Habis Gelap Terbitlah Terang).***