Firdaus memastikan bahwa proses hukum akan berjalan sesuai prosedur dan pihak kepolisian berkomitmen untuk menangani kasus ini secara serius, mengingat adanya unsur pelanggaran hak privasi dan unsur pelecehan seksual.
Kasus ini pun menjadi cerminan buruk bagi dunia pendidikan kedokteran di Indonesia.
Publik menuntut agar institusi pendidikan, khususnya Universitas Indonesia, segera mengambil sikap tegas terhadap pelaku dan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap proses seleksi dan pengawasan peserta didik PPDS.
Baca Juga: Mengenal manfaat dan kandungan rebusan kayu manis: Solusi alami untuk kesehatan jantung
Belum ada tanggapan resmi dari pihak UI hingga saat ini, namun tekanan publik agar kampus bertindak cepat semakin besar.
Banyak pihak menilai bahwa seleksi masuk PPDS harus mencakup aspek psikologis dan moral, bukan hanya kemampuan akademik.
Warganet pun bereaksi keras terhadap kabar ini. Mereka menyayangkan bahwa seseorang yang sedang dipersiapkan menjadi dokter spesialis justru menunjukkan perilaku menyimpang dan mengkhianati kepercayaan publik terhadap profesi tenaga medis.
Baca Juga: Khitanan cucu BJ Habibie digelar khidmat dengan adat Gorontalo
Tak sedikit juga yang meminta Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan untuk mengevaluasi sistem pendidikan dokter spesialis, termasuk memeriksa integritas serta kesehatan mental para pesertanya sebelum benar-benar diterjunkan ke masyarakat.
Dengan kasus ini, sorotan terhadap dunia kedokteran bukan hanya tentang keahlian medis, tetapi juga tentang karakter dan tanggung jawab sosial dari para calon dokter di Indonesia.***