Baca Juga: Karyawan Software Engineer diduga lakukan kekerasan seksual, Tokopedia putus hubungan kerja
Dalam rekaman yang menunjukkan momen penangkapan tersangka oleh polisi, terlihat remaja tersebut berlutut dan mengangkat tangannya ke udara.
Salah satu gambar menunjukkan tersangka dalam posisi terborgol dan berbaring telungkup di lantai, mengenakan topi baseball dengan bendera Amerika Serikat.
Perdana Menteri, Srettha Thavisin, menyatakan melalui Twitter: "Saya mengetahui peristiwa penembakan di Siam Paragon dan telah memerintahkan polisi untuk melakukan investigasi. Saya sangat prihatin tentang keselamatan publik."
Meskipun kejahatan dengan senjata api bukan hal yang jarang terjadi di Thailand, penembakan massal merupakan kejadian yang langka.
Baca Juga: KPK menetapkan tersangka korupsi pengadaan LNG di Pertamina setelah merugikan negara Rp2,1 Triliun
Namun, beberapa tahun belakangan ini, telah muncul kekhawatiran tentang insiden semacam itu.
Pada bulan Oktober tahun lalu, 22 anak tewas dalam serangan senjata api dan pisau oleh seorang mantan polisi di sebuah taman kanak-kanak di Utthai Sawan, di timur laut Thailand.
Pada tahun 2020, 29 orang tewas dan 57 lainnya terluka dalam penembakan yang melibatkan beberapa lokasi, termasuk mal perbelanjaan, di kota timur laut Nakhon Ratchasima.
Kejadian-kejadian ini telah memicu diskusi tentang pengendalian senjata di negara tersebut.
Baca Juga: Korupsi pembangunan Gereja di Mimika, KPK tahan 4 tersangka
Masih belum jelas bagaimana remaja tersebut bisa mengakses senjata api, kata Torsak.
Orangtua tersangka telah dihubungi oleh polisi.
Di media sosial pada hari Selasa, muncul tuntutan untuk mengaktifkan fungsi SMS darurat guna memperingatkan publik tentang penembakan semacam ini.
Dalam sebuah pernyataan, Siam Paragon mengungkapkan bahwa polisi dan tim keamanan pusat perbelanjaan tersebut segera mengevakuasi pelanggan dan karyawan dari gedung.