Bukan hanya micin, hindari 7 jenis makanan ini agar otak tidak lemot

JAKARTA INSIDER – Tahukah Anda,  bahwa makanan yang sering kita makan tidak hanya berdampak pada tubuh, tapi juga berpengaruh pada kesehatan otak?

Pakar gizi dari Harvard, Dr. Uma Naidoo menyebutkan, asupan makanan tertentu dapat memperbaiki suasana hati hingga berperan penting dalam menjaga kesejahteraan mental.

Dalam penelitiannya, Naidoo menemukan makanan seperti sayuran hijau, buah dan sayuran berwarna, makanan laut, dan kacang-kacangan, buncis dan biji-bijian semuanya meningkatkan kesehatan otak.

Baca Juga: Jangan ketinggalan! Ini layanan streaming nonton pertandingan Real Madrid vs Valencia 3 Februari 2023 dini har

Sebaliknya, ada pula beberapa jenis makanan yang justru dapat membuat perkembangan fokus dan daya ingat manusia terganggu, alias lemot atau telat mikir.

Lantas apa saja makanan yang dapat membuat konsentrasi kacau dan ingatan tumpul? Merangkum beberapa sumber berikut ini jenis makanan yang harus dihindari agar otak tidak lemot.

Makanan olahan yang mengandung minyak biji industri

Minyak olahan yang dimaksud adalah minyak yang sering diekstraksi dari kedelai, jagung, rapeseed (minyak kanola), biji kapas, biji bunga matahari, dan mengandung banyak asam lemak omega-6.

Dalam penelitiannya, Dr. Uma Naidoo menyebutkan, kelebihan konsumsi omega-6 dapat memicu tubuh untuk memproduksi bahan kimia yang dapat menyebabkan peradangan pada otak.

Jika ingin menumis sayuran atau memanggang ikan atau daging, disarankan menggunakan minyak zaitun, kelapa, atau minyak alpukat.

Baca Juga: Pembelian gas LPG 3 kg mulai dibatasi, catat syarat dan cara membelinya

Lemak trans

Meskipun tidak semua lemak buruk untuk kesehatan, tapi lemak trans justru memiliki efek yang bisa merugikan otak. Lemak trans ini lebih sering ditemukan secara alami di dalam produk hewani seperti margarin, makanan cepat saji yang dipanggang, keripik, kerupuk, makanan beku, makanan kaleng, dan minuman krimer.

Jika sering mengkonsumsi makanan dan minuman tersebut, Anda akan lebih berisiko besar mengalami alzheimer dan demensia.