Bolehkah minum jamu untuk obati Asam Urat? Begini tanggapan dr. Alvin Pradipta, Sp.PD.

JAKARTA INSIDER - Penyakit asam urat merupakan sebuah kondisi yang dapat menyebabkan gejala nyeri yang tidak tertahankan, pembengkakan dan panas di persendian.

Penyakit ini umumnya disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti jarang berolahraga, mengkonsumsi minuman dengan kadar gula tinggi, mengkonsumsi alkohol dan banyak mengkonsumsi makanan dengan kandungan purin berlebih.

Dalam dunia kesehatan tentunya sudah adanya ketentuan bagaimana cara dalam menangani apabila diserang oleh penyakit ini.

Baca Juga: Bolehkah mengobati penyakit Asam Urat secara mandiri? Begini tanggapan dr. Alvin Pradipta, Sp.PD

Bahkan obat untuk penyakit ini sudah ada namun tetap harus diminum sesuai dengan ketentuan dari dokter dan harus diimbangi dengan pola hidup sehat.

Faktanya masyarakat masih menganggap bahwa penyakit ini masih bisa untuk mereka tangani secara mandiri.

Ketika mereka terserang oleh penyakit asam urat, umumnya mereka akan meminum jamu yang dipercaya sebagai obat untuk mengobati penyakit tersebut.

Baca Juga: Hindari segera, inilah daftar makanan dan minuman nikmat namun musuh penderita asam urat

Namun bolehkah mengkonsumsi jamu untuk mengobati gejala yang ditimbulkan oleh penyakit asam urat ini.

Menurut pandangan dr. Alvin Pradipta, Sp.PD dalam video yang diunggah kanal YouTube @Gue Sehat, mengatakan bahwa mengkonsumsi jamu sebagai obat asam urat tidak dianjurkan, karena sudah adanya standar pengobatan untuk penyakit ini.

Hal ini dikarenakan jamu yang dikonsumsi masih belum diketahui isinya dan bagaimana mekanisme kerjanya untuk menghilangkan gejala yang dialami ketika diserang penyakit asam urat dan tentunya belum diketahui efek samping yang ditimbulkan ketika dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang.

Baca Juga: Buah yang disarankan untuk dikonsumsi penderita penyakit asam urat. Apa saja? Yuk simak!

Pasien dengan keluhan kadar asam uratnya tinggi tanpa adanya gejala nyeri pada persedian tentu akan diberikan penanganan atau pemberian obat yang berbeda dengan pasien yang mempunyai gejala nyeri persedian.