Anemia dan Stunting
Dokter lalu menelusuri pangkal penyebabnya.
"Ibu dulu anemia enggak pas hamil?" tanya dokter.
Aku jawab, "Iya, Dok, saya anemia."
Dokter bilang ibu hamil yang mengalami anemia di trimester ketiga, cenderung melahirkan anak yang juga menderita anemia.
Baca Juga: Anda doyan ngopi tapi menderita hipertensi? Baiknya hati-hati, simak hasil penelitian ini
Perkiraan dokter itu ternyata terbukti. Hasil cek laboratorium menunjukkan putriku mengalami anemia defisiensi besi.
Anemia defisiensi besi adalah kondisi ketika tubuh kekurangan zat besi. Akibatnya, produksi hemoglobin yang bertugas membawa oksigen dalam darah terhambat. Kondisi ini membuat berat badan si bungsu sulit naik dan nafsu makannya pun berkurang.
Setelah diagnosis stunting, anakku harus mengejar ketertinggalan berat badannya. Dokter meminta kami memberinya susu formula tinggi kalori 500 ml per hari.
Sementara untuk mengatasi anemia, ia perlu asupan suplemen Iron (III)-Hydroxide Polymaltose Complex.
Baca Juga: Benarkah pengidap hipertensi perlu minum obat seumur hidup? Begini penjelasan dokter
Tantangan membiasakan anak dengan Susu Formula
Tantangan terbesar yang aku rasakan justru ketika memberi susu tinggi kalori. Si bungsu terbiasa mengonsumsi ASI.
Benar-benar sulit membiasakannya mengonsumsi susu formula. Dia mengamuk tiap kali diberi susu tinggi kalori. Beragam cara sudah dicoba, mulai dari menggunakan dot, hingga disuapi menggunakan sendok.
Hasilnya nihil. Jangankan susu 500 mL per hari, waktu itu untuk 100 mL sekali minum saja enggak bisa. Perjuangannya berat sekali.