Peningkatan ini terutama disebabkan oleh penurunan jumlah remaja intoleran pasif dari 35,7% menjadi 22,4% pada tahun 2023.
9. Namun demikian, sebagian remaja dalam kategori intoleran pasif mengalami perubahan menjadi intoleran aktif, dengan persentase meningkat dari 2,4% pada tahun 2016 menjadi 5% pada tahun 2023.
Sementara itu, persentase remaja yang berpotensi terpapar juga mengalami peningkatan dari 0,3% menjadi 0,6%.
10. Survei ini juga mengidentifikasi lima faktor yang mempengaruhi sikap toleran atau intoleran pada remaja, yaitu pemahaman wawasan kebangsaan, intensitas penggunaan media sosial, aktivitas keseharian responden, sikap keagamaan, dan kondisi sosial ekonomi responden.
Semua faktor ini menunjukkan korelasi positif sebagai pembentuk karakter siswa.
Baca Juga: Kembali dengan multiversenya, Spider-Man: Across the Spider-Verse siap rilis 2 Juni!
Survei ini memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang tingkat toleransi siswa SMA.
Meskipun mayoritas siswa menunjukkan sikap toleran, terdapat juga penurunan toleransi dalam konteks ideologis tertentu.
Oleh karena itu, perlu upaya yang berkelanjutan dalam membangun dan memperkuat sikap toleransi siswa guna mewujudkan lingkungan sekolah yang lebih inklusif dan harmonis.***