Laporan Survei Toleransi Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) oleh SETARA Institute for Democracy and Peace

photo author
- Rabu, 31 Mei 2023 | 10:30 WIB
Dalam survei terbaru oleh SETARA Institute, ditemukan peningkatan tingkat toleransi siswa SMA, namun terdapat juga ancaman keberagaman. (Unsplash Ed Us)
Dalam survei terbaru oleh SETARA Institute, ditemukan peningkatan tingkat toleransi siswa SMA, namun terdapat juga ancaman keberagaman. (Unsplash Ed Us)

JAKARTA INSIDER - SETARA Institute for Democracy and Peace, bekerja sama dengan International NGO Forum on Indonesian Development (INFID), telah melaksanakan survei untuk mengkaji tingkat toleransi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) guna memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang situasi dan kondisi toleransi di kalangan siswa SMA.

Survei ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran terkini tentang kondisi toleransi siswa serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat toleransi mereka dalam menghadapi dinamika intoleransi yang terjadi di sekitar mereka.

Mengacu pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh SETARA Institute pada tahun 2016 mengenai sikap toleransi remaja, survei kali ini menggunakan empat kategori untuk menggambarkan tingkat toleransi siswa, yaitu toleran, intoleran pasif, intoleran aktif, dan potensi terpapar.

Kategorisasi ini menjadi kerangka analisis yang digunakan untuk memetakan tingkat toleransi siswa SMA dan perubahan sikap dari toleransi hingga terpapar pada radikalisme atau terorisme.

Berikut adalah temuan kunci dari survei ini:

Baca Juga: Menangis: Rahasia Kesehatan Jiwa dan Raga yang Tersembunyi

1. Hampir semua pertanyaan yang digunakan sebagai indikator toleransi siswa menunjukkan kecenderungan positif.

Tingginya tingkat penerimaan terhadap perbedaan keyakinan (99,3%), perbedaan ras dan etnis (99,6%), serta empati terhadap kelompok agama/keyakinan yang berbeda (98,5%) dan dukungan pada kesetaraan gender dalam kepemimpinan OSIS (93,8%) menunjukkan tren yang sangat positif di kalangan pelajar.

Dengan kata lain, mayoritas siswa di wilayah survei ini tidak mendukung intoleransi dalam lingkungan sekolah.

2. Namun, ketika dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan yang lebih bersifat ideologis, tingkat toleransi siswa cenderung menurun.

Misalnya, ketika ditanya apakah mereka akan menggunakan kekerasan sebagai respons terhadap penghinaan terhadap agama yang mereka anut, 20,2% responden menyatakan bahwa mereka tidak dapat menahan diri.

Meskipun mayoritas siswa (79,8%) masih dapat menahan diri, angka tersebut tetap signifikan.

Selain itu, sebanyak 51,8% responden setuju bahwa negara-negara Barat seperti Amerika, Inggris, dan Australia dianggap sebagai ancaman terhadap agama dan budaya Indonesia.

Baca Juga: Cerita Inspiratif: Rejeki, Ikhtiar, dan Keikhlasan dalam Perjalanan bersama Pak Andy dari Blue Bird

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Jaka LI

Sumber: SETARA Institute for Democracy and Peace

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X