Di era 1980-an dan 1990-an, tren batik sutra sangat populer.
Kemeja batik pun mulai dibuat dengan bahan-bahan seperti sutra dan satin yang mengkilap.
Namun, tren ini berubah drastis ketika Presiden Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur, memerintah.
Gus Dur lebih suka memakai batik katun yang lebih sederhana dan tidak mengkilat dengan warna-warna seperti sogan (cokelat) atau warna-warna lembut.
Dengan keputusan Gus Dur, tren kemeja batik kembali mengalami perubahan.
Maka, dapat disimpulkan bahwa pada masa Bung Karno dan tokoh nasional lawas lainnya, kemeja batik belum umum digunakan sebagai pakaian atasan pria.
Mereka lebih memilih simbol-simbol lain yang mereka anggap lebih mewakili karakter bangsa Indonesia pada masanya.
Namun, seiring berjalannya waktu dan perubahan budaya, batik kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas busana nasional Indonesia.***
Artikel Terkait
Setelah banyak kritik dan saran, Sri Mulyani akhirnya inspeksi Bea Cukai Soekarno Hatta, beginilah hasilnya
Canggih, Imigrasi Soekarno Hatta kedatangan 4 petugas baru, diciptakan melalui AI!
Rahasia Emas Batangan Soekarno yang Tersembunyi: Fakta atau Dongeng Belaka?
Menyelami Kepemimpinan Soekarno: Pesona dan Keunikan Seorang Gemini
Modus baru, BC Bandara Soekarno-Hatta tangkap ekstasi dalam kemasan makanan kucing