JAKARTA INSIDER - Ketegangan dalam perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia, Amerika Serikat dan China, kembali mencuat ke panggung internasional dan menjadi sorotan utama publik global.
Kali ini, eskalasi terjadi setelah Amerika Serikat secara resmi menaikkan tarif balasan terhadap produk asal China, dari sebelumnya 145 persen menjadi 245 persen.
Langkah tegas ini diumumkan Gedung Putih hanya beberapa hari setelah pemerintah China merespons lebih dulu dengan memberlakukan tarif 125 persen terhadap barang-barang asal Amerika Serikat.
Aksi saling balas tarif ini memperlihatkan bahwa konflik dagang kedua negara semakin mengeras dan menunjukkan tanda-tanda kebuntuan diplomatik.
Namun di tengah panasnya suasana, Presiden AS Donald Trump mengklaim bahwa negosiasi dagang dengan Presiden China Xi Jinping masih mungkin terjadi.
Dalam pernyataannya di Gedung Putih pada Jumat, 18 April 2025 waktu setempat, Trump mengisyaratkan optimisme terhadap kemungkinan tercapainya kesepakatan bilateral baru.
Baca Juga: Indonesia lobi AS turunkan tarif impor, Menteri Bahlil: Kami tawarkan transaksi minyak Rp167 Triliun
“Oh, kita akan membuat kesepakatan,” kata Trump ketika ditanya wartawan terkait peluang negosiasi lebih lanjut antara Washington dan Beijing.
Ia menambahkan bahwa dirinya yakin kesepakatan yang akan terjalin nantinya bersifat menguntungkan dan solid.
“Saya pikir kita akan membuat kesepakatan yang sangat baik dengan China,” lanjutnya, tanpa merinci kapan atau bagaimana proses negosiasi tersebut akan berlangsung.
Pernyataan itu muncul sehari setelah Kementerian Perdagangan China mengeluarkan pernyataan keras, mendesak AS untuk menghentikan segala bentuk tekanan ekonomi terhadap negaranya.
Baca Juga: Dokter Syafril jadi tersangka pelecehan seksual, pernah ditonjok suami korban sebelum kasus mencuat
Beijing juga menekankan bahwa dalam setiap dialog atau perundingan dagang, harus ada rasa saling menghormati di antara kedua pihak.
China menilai, langkah Trump dalam melonggarkan tarif terhadap beberapa negara mitra dagang lain—namun tetap mempertahankan tarif tinggi khusus terhadap China—merupakan bentuk ketimpangan yang tidak bisa diterima.
Artikel Terkait
Pasar saham bergejolak positif, IHSG melonjak lebih dari 5,5 persen usai Truml tunda tarif impor jilid 2
Trump tunda tarif impor untuk 75 Negara kecuali China, RI tetap kena pajak 10 persen
Donald Trump sendirian! Ratusan warga Austria kini siap untuk memboikot produk Amerika Serikat, Netflix dan Spotify mulai tak diminati
Strategi gila atau jenius? Raymond Chin bedah perang dagang panas antara AS dan China
Indonesia tambah impor energi dari AS, Bahlil targetkan LPG dan minyak untuk seimbangkan neraca dagang