Pendekatan Latihan yang Kurang Tepat
Salah satu masalah dalam PSHT adalah pendekatan latihan yang kurang tepat.
Beberapa anggota baru hanya menjalani latihan selama satu tahun sebelum dinyatakan sebagai pendekar.
Padahal, menurut pakem silat, seseorang yang ingin menerima ilmu Silat Hati Terate minimal harus berusia 17 tahun dan menjalani latihan selama minimal 2-3 tahun.
Dengan latihan yang singkat, kemampuan dan pemahaman anggota baru tidak dapat berkembang secara memadai, dan ini berpotensi memicu konflik dan kerusuhan.
Dualisme Kepemimpinan dan Pecahnya Kubu
Konflik internal dalam PSHT, seperti dualisme kepemimpinan dan pecahnya kubu Punjer dan Korlap, juga menjadi salah satu faktor utama kerusuhan yang sering terjadi.
Meskipun berada di bawah bendera yang sama, kedua kubu ini saling sikut dan bermusuhan.
Persaingan untuk mendapatkan jabatan tertinggi dalam organisasi mengakibatkan pertentangan antara elitenya dan anggota pangkalan.
Ketidakharmonisan ini menciptakan tradisi yang berantakan dan berujung pada kerusuhan.
Baca Juga: Formula E di Jakarta: Keajaiban di Tengah Kabut Tebal yang Membahayakan Atlet dan Lingkungan
Konsekuensi dari Ketidakpuasan dan Penyelewengan
Akibat dari kerusuhan dan konflik yang terjadi dalam PSHT, banyak anggota yang merasa tidak puas dan kecewa dengan kondisi organisasi.
Mereka menyaksikan dualisme kepemimpinan, penyelewengan ajaran, dan elitisme dalam pengajaran silat.
Artikel Terkait
Dua orang berkulit hitam di Yogyakarta diduga berusaha menarik motor dari tepi jalan, mengaku jadi SAMSAT
Banyak yang komplain tidak enak tinggal di Jakarta, Grace Tahir: Jakarta is for me!
CalegPro Karya Anak Bangsa: Solusi Mutakhir untuk Calon Legislatif dalam Pemilu 2024
Kerusuhan di Yogyakarta: Bentrok Antara Anggota Silat dan Suporter Klub Sepak Bola
Formula E di Jakarta: Keajaiban di Tengah Kabut Tebal yang Membahayakan Atlet dan Lingkungan