Baca Juga: Misteri Sosok Horor 'Si Manis Jembatan Ancol': Kisah Perempuan Merah yang Masih Menghantui
Dalam Agama Jepang kuno, persembahan memiliki peran penting dalam hubungan antara masyarakat dengan para dewa.
Awalnya, persembahan dilakukan secara individual namun kemudian menjadi bersifat kolektif.
Kurban manusia dilakukan untuk dewa-dewa alam dan pada saat pemakaman, tetapi kemudian umumnya ditinggalkan.
Orang Jepang mempersembahkan segala sesuatu yang mereka anggap penting atau bermanfaat kepada para dewa.
Perkembangan Konfusianisme dan Buddhisme di Jepang juga mempengaruhi praktik-praktik persembahan ini.
Baca Juga: Sir Alfred Mehran: Pria yang Terjebak dalam Labirin Bandara Selama 18 Tahun
Dalam Kuno Yunani, ritus-ritus kurban dibagi menjadi dua jenis.
Kurban ditujukan kepada para dewa Olimpus dan melibatkan pembakaran sebagian korban.
Kurban juga ditujukan kepada para dewa bawah tanah atau ktonik dan melibatkan pembakaran atau pemakaman korban secara keseluruhan.
Agama rakyat Yunani juga melibatkan kurban hewan dan bahan-bahan lain sebagai penebusan, permohonan, atau ungkapan terima kasih.
Baca Juga: Kulit manusia digigit nyamuk bisa gatal, ternyata ini alasannya
Dalam Agama Yahudi, kurban memiliki peran sentral sebelum kehancuran Bait Suci Kedua pada tahun 70 Masehi.
Setelah itu, sistem kurban berhenti dan doa menggantikan kurban.
Dalam Yudaisme modern, masih terdapat doa-doa yang berhubungan dengan kurban, tetapi ada juga pemikiran bahwa kurban sudah tidak relevan lagi.