JAKARTA INSIDER - Di tengah malam yang gelap, di antara lorong-lorong sempit Hongdae, sekelompok remaja berkumpul di Gyeongui Line Book Street.
Mereka berbicara tentang prostitusi, merokok, tidur bersama, dan hal-hal lain yang mengejutkan.
"Saya hanya membawa 50 pasang pakaian dalam dan pergi," ucap salah satu dari mereka.
Baca Juga: Sejarah Bandara Soekarno Hatta, dari pengganti Kemayoran hingga kemegahan terminal terbaru
Percakapan itu merefleksikan bagaimana para remaja ini telah terlibat dalam perilaku menyimpang yang mengkhawatirkan.
Para remaja yang mengklaim sebagai 'Gyeongui Line Kids' ini, terlihat jauh berbeda dari remaja biasa.
Mengingatkan pada 'gyaru fashion' yang populer di Jepang pada tahun 90-an, mereka mewarnai setengah rambut mereka kuning atau mengenakan rok pendek dengan setengah stoking.
Baca Juga: Dibalik lancarnya perjalanan kereta api: Peran heroik PPJ dan teknologi canggih KAI
Gaya mereka mirip dengan kelompok 'Toyoko Kids' di Jepang yang terkenal karena terlibat dalam kejahatan seperti prostitusi di bawah umur, minum-minuman keras, penyalahgunaan narkoba, dan tindakan kekerasan.
Para Gyeongui Line Kids berkumpul di tengah-tengah Gyeongui Line Book Street Square, tidak di gang belakang, dan saling membuka tabir perbuatan mereka.
Tidak peduli dengan lingkungan sekitar, mereka terlihat merokok dan bercerita tentang 'cerita minum' dari hari sebelumnya.
Baca Juga: Modus keluarga etnis Arab di Satrio Kuningan: Meminta sedekah uang makan dengan tampilan kaya
Mereka menggunakan media sosial seperti X untuk berkomunikasi dan berkumpul.
Namun, perilaku mereka tidak hanya mencakup cerita-cerita sepele.