- Biaya daur ulang sampah elektronik mahal, hanya 20 persen yang bisa dimanfaatkan
Sepertinya semua orang paham bila sampah elektronik memang sebaiknya didaur ulang. Namun tahuah Anda, proses daur ulang tidak gampang dan seringkali memakan biaya mahal.
Menurut laporan yang dirilis di World Economic Forum (WEF) seperti dilansir dari Inter Press Service Agency, hanya 20 persen limbah elektronik (komputer, ponsel, laptop, TV, printer, dan peralatan listrik rumah tangga) yang secara resmi didaur ulang.
Kalau total sampah yang dimanfaatkan kembali tidak berubah, maka pada tahun 20250 diperkirakan jumlah e-waste akan hampir tiga kali lipat bertambah, yaitu sekitar 120 juta ton.
- Undang-undang yang mengatur perihal sampah elektronik ini juga masih sangat kurang
Peraturan tentang sampah elektronik ini memang ada, namun tak bisa diandalkan karena penegakan hukumnya di berbagai negara pun kurang.
Sebagai contoh, undang-undang tentang e-waste di Uni Eropa berbunyi kalau 85 persen semua limbah elektronik yang dihasilkan di Uni Eropa harus didaur ulang pada 2019. Tapi target itu dianggap percuma lantaran masih banyak orang-orang yang hobi mengoleksi barang bekas tanpa digunakan lagi.
Kalau konsumsi terhadap barang elektronik terus bertambah dan tak ada penerapan solusi yang benar, maka generasi selanjutnya akan mendapat limbah yang makin banyak. Ini lantaran limbah elektronik yang tak bisa dihancurkan, semakin menumpuk, dan beracun.
Baca Juga: Simalakama AI, jurnalis dan 10 profesi ini siap-siap tergusur teknologi Artificial Intelegence
Itulah lima fakta mengenaskan tentang nasib limbah elektronik. Semoga informasi ini membuat kita makin bijak sebagai konsumen barang-barang elektronik: beli sesuai kebutuhan, jangan larut berkejaran mengikuti tren gawai terbaru.***