JAKARTA INSIDER - Rusia untuk sementara telah kehilangan satu negara mitra dalam membangun perjanjian perdamaian dan persahabatan, kerjasama ekonomi, politik dan keamanan kawasan, yaitu Jepang.
Moskow melalui kementerian luar negerinya, telah mencatat ancaman langsung Jepang terhadap negaranya.
“Jepang tidak meninggalkan jalur anti-Rusia (Russophobia). Dialog apa pun tentang perjanjian damai tidak mungkin dilakukan,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Andrey Rudenko kepada TASS dalam sebuah wawancara.
"Sangat jelas bahwa tidak mungkin untuk membahas penandatanganan dokumen [perjanjian damai] semacam itu, dengan negara yang secara terbuka bersikap tidak bersahabat, dan mengambil kebebasan untuk menyampaikan ancaman langsung terhadap negara kita," kata Rudenko, yang disadur JAKARAT INSIDER dari laman kantor berita Russian News Agency, TASS.com, Rabu (4/1/2023).
"Kami tidak melihat tanda-tanda bahwa Tokyo akan merevisi kebijakan anti-Rusia, (atau) upaya apa pun untuk memperbaiki situasi saat ini."
Rudenko mengenang, bahwa sebelumnya Rusia telah melakukan pembicaraan dengan Jepang, tentang perjanjian komprehensif penuh; perdamaian, persahabatan, dan bertetangga, yang "akan menentukan pedoman untuk percepatan perkembangan seluruh hubungan Rusia-Jepang."
Baca Juga: Singgung kepatuhan pengendara, alasan polisi kembali bakal lakukan tilang manual
"Dengan dimulainya operasi militer khusus di Ukraina, pemerintahan Kishida secara aktif bergabung dengan kampanye Russophobia yang diatur oleh Barat, sehingga membongkar hasil kerja sama saling menguntungkan, yang terakumulasi selama bertahun-tahun," demikian dikatakan Andrey Rudenko, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia.
Sebagaimana diberitakan JakartaInsider sebelumnya, Rabu (4/1/2023) pagi, reaksi keras Rusia terhadap pemerintahan Kishida, berawal dari diadakannya latihan gabungan (latgab) militer berskala besar, di dekat perbatasan Rusia.
Jepang ikut bagian latgab bersama dengan mitra non-regional, serta mengadopsi dokumen doktrinal versi terbaru di bidang pertahanan dan keamanan, dengan maksud untuk menciptakan potensi serangan ( yang dilakukan koalisi Russophobia).
Juga, penyiar televisi NHK (Jepang) mengutip sumber-sumber pemerintah, yang mengatakan Kementerian Pertahanan Jepang memiliki rencana untuk mengerahkan senjata hipersonik dengan jangkauan hingga 1.000 kilometer di pulau utara Hokkaido dan pulau barat daya Kyushu.***