Puncak cuaca ekstrem, ribuan rumah di Makasar terdampak banjir. Warga sebut kejadian berulang setiap tahun

photo author
- Senin, 26 Desember 2022 | 07:13 WIB
Banjir akibat puncak cuaca ekstrim di Makassar menenggelamkan ratusan rumah warga
Banjir akibat puncak cuaca ekstrim di Makassar menenggelamkan ratusan rumah warga

"Upaya dilakukan menyediakan pemenuhan kebutuhan dasar bagi korban terdampak yakni penyediaan sandang dan pangan serta layanan kesehatan. Bantuan kemanusiaan korban pohon tumbang dan penyintas banjir juga telah disalurkan kepada korban terdampak," kata mantan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Pemkot Makassar ini.

Baca Juga: Anies Baswedan kehilangan dua wilayah, diambil Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo stabil empat wilayah

Sebelumnya, Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto telah menginstruksikan seluruh jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) seperti BPBD, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Pemadam Kebakaran.

Para Camat, Lurah dan OPD lainnya menurunkan kekuatan membantu para korban termasuk evakuasi dan penyediaan makanan serta fasilitas diperlukan korban di posko pengungsian.

Sunarti, warga Perumnas Antang, Kecamatan Manggala, salah satu lokasi langganan banjir di Kota Makasar, menuturkan, hampir tiap musim hujan, kawasan ini terendam banjir.

Baca Juga: Antisipasi kecelakaan pada libur natal dan tahun baru, petugas kepolisian lakukan razia di jalur Puncak Bogor

Bahkan, lanjutnya, banjir pernah mencapai atap rumah warga.

"Harusnya ada solusi yang ditangani pemerintah setempat, supaya tidak terjadi setiap tahun. Dalam satu tahun banjir bisa terjadi dua sampai tiga kali. Alat perabotan seperti televisi dan kulkas lumayan banyak kalau tiap tahun harus ganti. Apalagi kendaraan bermotor juga lumayan karena harus diperbaiki," ujar Sunarti, warga setempat.

Menurut warga, banjir tahunan ini tak hanya soal tingginya intensitas hujan. Menurutnya, banjir juga disebabkan pembangunan yang mengabaikan drainase.

Baca Juga: Bus berlogo PDIP di Blitar dibakar dua bocah kecil. Alasannya bikin geleng kepala!

"Pelarian air satu-satunya ke Sungai Tello yang sudah menyempit. Tinggal di sini dari tahun 1988, mulai banjir sejak tahun 1998-1999 setelah pembangunan di bukit," tegas warga lainnya, Hamsir.

Akibat banjir ini, sebagian warga di permukiman yang terbilang cukup padat itu memilih mengungsi ke rumah keluarga. Sebagian lainnya bertahan di lokasi pengungsian Masjid Al-Muttaqin. Mereka berkumpul dengan sanak keluarga beralaskan tikar. Bahkan ada juga warga yang memilih bertahan di lantai 2 rumahnya.

Kolam regulasi yang dibangun di wilayah tersebut tak mampu menjadi solusi persoalan banjir di wilayah tersebut yang terjadi setiap tahunnya.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sukowati Utami JI

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Rekomendasi

Terkini

X