JAKARTA INSIDER - Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) mengimbau masyarakat untuk tidak ragu memberikan vaksin polio kepada anak.
Pasalnya risiko efek samping vaksin jauh lebih ringan dibandingkan terpapar polio.
"Efek samping vaksin jauh lebih ringan dibandingkan polio," kata Piprim, di Jakarta, Kamis, (24/11/2022).
Efek samping yang bisa terjadi setelah anak mendapatkan vaksinasi biasanya berupa demam atau bengkak, namun risiko itu masih jauh lebih baik, ketimbang anak menjadi lumpuh dan harus ditopang dengan tongkat atau beraktivitas dengan kursi roda seumur hidupnya.
IDAI menyatakan prihatin atas ditemukannya satu kasus polio di Kabupaten Pidie, Aceh, yang menimpa anak usia tujuh tahun dengan kelumpuhan di kaki kiri.
Temuan kasus tersebut menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) kasus polio karena Indonesia sudah lama bebas dari polio dan mendapatkan sertifikat resmi dari WHO pada 2014.
Piprim mengatakan wabah bisa berulang bila cakupan imunisasi rendah, oleh karena itu penting untuk meningkatkan cakupan imunisasi di semua daerah.
Menurunnya cakupan imunisasi rutin dipengaruhi juga oleh pandemi COVID-19 yang membuat masyarakat enggan berkerumun.
"Di Indonesia cakupan imunisasi awal biasanya 90 persen lebih menurun jadi 80 persen, imunisasi untuk anak yang lebih besar penurunannya lebih rendah lagi," papar dia.
Di sisi lain, Piprim menyebutkan adanya misinformasi yang menyebar di media sosial yang membuat masyarakat meragukan vaksinasi.
"Orang jadi ragu dengan vaksin, tapi tidak khawatir dengan penyakitnya," katanya.
Dia menegaskan imunisasi adalah hak asasi anak yang harus diberikan orangtua dan telah disediakan secara gratis oleh pemerintah.
Artikel Terkait
Waspada peringatan Kemenkes, vaksinasi masih rendah, Indonesia siap-siap hadapi KLB polio
Diingatkan Kemenkes soal risiko KLB kasus polio, Heru Budi Hartono langsung sigap gencarkan vaksinasi polio