JAKARTA INSIDER - Pakar ekonomi Bhima Yudhistira menilai hajatan KTT G20 yang digelar di Bali, KTT paling aneh sepanjang sejarah.
Bhima bisa mengatakan hal ini karena salah satu negara kunci yaitu Presiden Rusia Vladimir Putin tidak bisa hadir.
"Kalau komunike sesuai dengan apa yang disebut Pak Luhut kemarin, bisa jadi G20 dalam KTT atau pada puncak leader summit tidak ada komunike. Makanya saya bilang KTT G20 di Bali paling aneh sepanjang sejarah," ujar Bhima dikutip dari tayangan Kabar Petang tvOneNews, Senin (14/11/2022).
Menurut pakar asal Yogyakarta ini, biasanya G20 ditutup dengan foto bersama dan kemudian ada deklarasi, ada point-point yang disepakati meskipun sifat G20 non biding atau tidak mengikat.
"Namun ada arahan yang jelas kalaupun tidak ada komunike bersama seperti G20 di Roma, tetapa ada beberapa point yang harus diprrjuangkan Indonesia di forum-forum lainnya dan bilateral," sebut Bhima.
Baca Juga: Empat jenazah yang ditemukan membusuk belum diambil keluarga, padahal rencananya Senin ini dikremasi
Contohnya masalah krisis pangan, ini adalah salah satu isu yang paling mengemuka dimana banyak negara melakukan pembatasan ekspor pangan.
"Jangan sampai terjadi pembatasan pangan, Indonesia harus bisa menjembatani. Kemudian, kedua transisi energi menjadi energi yang lebih bersih, itu juga komitmen yang muncul di presidensial G20 ini, ini perlu di follow up dengan kebijakan-kebijakan yang lebih teknis," urainya.
"Kita ingin ada percepatan pensiun dini PLTU batu bara, kemudian juga meminta kerjasama dari negara, jangan hanya menyuruh negara berkembang untuk percepatan transisi energi, tapi juga harus ada bantuan finansial."
"Kemudian soal digitalisasi itu juga penting, terakhir komunikasi dengan Bank Sentral jangan sampai kebijakan moneter negara-negara maju punya efek yang negatif terhadap aliran modal yang masuk ke Indonesia dan pelemahan nilai tukar."
Menurut Bhima, di ajang ini kerangka kerjasama antarnegara agak sedikit menurun karena ada ego politik.
Tapi harapannya, point di dalam G20 yang positif untuk Indonesia dan juga akan banyak deal-deal termasuk bantuan luar negeri.
"Kemudian investasi di sektor manufaktur, di sekitar mobil listrik ini yang harus di follow. Jadi harapannya bukan pas di KTT, tapi paska G20 bagaimana realisasi investasi bisa dilakukan," pungkasnya.
Artikel Terkait
Kapolri tengah dalami kasus ditangkapnya dua WNA Tiongkok yang berupaya ajak massa untuk demo di KTT G20
Sambut Delegasi KTT G20, Pemda Bali pasang 2.500 penjor dengan anggaran Rp 3,5 miliar
Kehadiran 17 pemimpin dunia di KTT G20 cerminkan komitmen bersama di tengah situasi ekonomi sulit
Ditanya Anindya Bakrie tak hadir di KTT G20, Elon Musk yang kenakan batik kiriman Anindya Bakrie bilang sibuk